Wednesday, November 26, 2008

Sumber Daya Air, Teknokrat & Kebijakan …..

Saya membaca sebuah artikel dihttp://www.kompas.com... “edisi” Kamis, 20 November 2008
yang berjudul Kapan Air Tak Lagi Meluap...?
Artikel tersebut diawali dengan lagu ciptaan Mbah Gesang Martohartono (90) yang berjudul Bengawan Solo,seperti cuplikan Pada Paragraf2 berikut:
“Lagu yang yang diciptakan tahun 1940 itu telah mendeskripsikan polah Bengawan Solo yang sangat dipengaruhi musim: banjir pada musim hujan dan surut pada musim kemarau. Bagi Gesang, banjir Bengawan Solo adalah pengalaman pribadinya. Pada pertengahan Maret 1966, rumahnya di Solo dilanda banjir akibat meluapnya Bengawan Solo, yang juga menenggelamkan sekitar tiga per empat kota itu.”

KOMPLEKS BUNG!!!!
Berikut cuplikan sebuah paragraph pada artikel yang sama: Data dari Departemen Kehutanan menyebutkan, DAS Bengawan Solo hanya memiliki hutan 19 persen dari sedikitnya 30 persen yang dibutuhkan. Tekanan pertumbuhan penduduk yang berdampak pada perubahan fungsi lahan merupakan penyebab utama. Sebagian besar kawasan DAS di Jawa berubah menjadi permukiman, kawasan industri, dan pertanian.
Dan pada akhirnya, secara substansial, artikel tersebut membahas KOMPLEKSITAS PENGELOLAAN DAS (Daerah Aliran Sungai) BENGAWAN SOLO, di mana daerah DAS yang semestinya terdapat lahan Hutan yang berkecukupan justru “dikonversi” menjadi Lahan Pertanian oleh warga setempat!!! di daerah bantaran Sungai (yang kata dosen GeologiQ adalah Hak Asasi Sungai!!!!) banyak “ditumbuhi” pemukiman warga, dan celakanya muncul statement/apologi dari warga tersebut –yang katanya mayoritas adalah relative ga mampu- yang berbunyi : Melarang orang miskin memanfaatkan bantaran sungai berarti mengancam perut ribuan orang miskin,", begitulah kata Abdul Mukhid (45), Kepala Desa Pelangwot, Kecamatan Laren, Lamongan.

KATA PAK PROFESOR……….
Saya jadi teringat pernyataan seorang dosen (mungkin malah bisa disebut “DEWAnya”) bidang Hidrologi di kampus saya, Prof Sri Harto Br (ex Dekan FT UGM), Beliau mengatakan hal yang lebih kurang SAMA dengan isi cuplikan artikel di atas, tentang masalah yang dihadapi Teknokrat di lapangan bukan semata itung2an angka doangk (yang kata Beliau gampang, tapi kata saya ya tetep susah ^_^), tapi yang lebih susah ya itu tadi: kendala2 Sosial & Law Enforcement…………..

KONKLUSI
Well, akhir kata, saya jadi lebih yakin bahwa ke depannya, yang dihadapi seorang Teknokrat/Engineer tuh KOMPLEKS banget, mulai dari Planning, Calculating, sampai dengan Decision Making, dan tentu saja Responsibiliting (ntah nulisnya bener pa ga, maksudnya Pertanggungjawaban) ……….

Friski Cahya Nugraha
Pengamat&Pembelajar Masalah Air,
Mahasiswa Aktif di Jur Teknik Sipil & Lingkungan
Fak Teknik, Univ Gadjah Mada

Friday, November 14, 2008

Surat Cinta Dari Manusia-Manusia Yang Malamnya Penuh Cinta

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, perkenankanlah kami
manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti
halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga
terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasiaNya yang
penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari
berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah.
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, sungguh nikmat malam-malammu,
gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya
yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut
tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat
dirimu terlena, menikmati tidurmu diatas pembaringan yang empuk,
bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya.

Wahai orang-orang yang terlena, ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!
Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira.
Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak
sepeti dirimu!! kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah
kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda: "sesungguhnya di
surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi
makan orang-orang yang memerlukan, menyebarkan salam serta mendirikan
sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam." itulah sebuah
kamar yang menakjubkan bagi kami dan orang-orang yang mendirikan
sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, kau pasti pernah
mendengar namaku disebut. Aku Abu Khurairah , Periwayat Hadits.
Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tidak terperi.
penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau?
kenikmatan itu tidak serat merta kukecap sendiri, ku bagi
malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu
untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi.
Jika salah satu dari kami telah selesai mendirikan sholat, maka kami
bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya.
Subhanallah, tak tergerakkah dirimu? pedulikah kau pada keluargamu?
adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka? sekedar untuk
membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. sejarah mencatatku
sebagai sang Penakluk Kesombongan pasukan salib, suatu kali seorang
ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, "Nuruddin itu
kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah
yang benar. "Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku.
Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata
mereka, "Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan". Aku
tersenyum, mereka memang benar, kemenangan yang kuraih adalah karena
do'a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an. Tahukah kau
dengan orang yang selalu setia mendampingiku? Dialah Istriku tercinta,
Khotum binti Atabik. Dia adalah istri sholehah di mataku, terlebih di
mata Allah, malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam
bingkai Tuhan.

Gemersikan dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik
kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang
panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat
belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang
membuatnya resah. Ya Allah, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada
malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirullah, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah
peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang
pegawai khusus untuknya, pegawai yang kuperintahkan untuk menabuh
genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, kau pasti mengenalku dalam kisah
pembebasan Al-Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta
emas itu, seorang Panglima Perang, sholahuddin Al-Ayyubi, orang-orang
yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang panglima yang
selalu menjaga sholat berjamaah. Kesenanganku adalah mendengarkan
bacaan Al-Quran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang
paling kutunggu. saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku,
sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuang an nyata.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Pernahkah kau mendengar
penaklukan Konstantinopel? Akulah orang di balik penaklukan itu,
Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala
tentaraku, namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku
telah memerintahkan kepada para pasukanku untuk berpuasa pada siang
hari dan pada saat malam tiba kami melaksanakan sholat malam dan
munajat penuh pertolongan padaNya, jika Allah memberikan kematian
kepada kami pada siang hari di saat kami berjuang, maka kesyahidan,
itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung
kematian, namun sebelum itu di ujung malamnya Allah temukan kami
berada dalam kehidupan, kehidupan dengan menghidupkan malam kami.

Wahai orang-orang yang tergoda, begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk
lehermu saat kau tidur? ya sangat kuat, tiga ikatan kuat di tengkuk
lehermu, dia lalu menepuk setiap ikatan sambil berkata "Hai manusia
sadarlah, engkau masih punya malam panjang, maka tidurlah!!" "Hei
sadarlah, sadarlah jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya,
syetan itu berbohong kepadamu, maka bangunlah! bangkitlah kerahkan
kekutaanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan
lepas ikatan yang pertama, kemudian berwudhulah maka akan lepas ikatan
yang kedua, dan terakhir sholatlah, sholat seperti kami maka akan
lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlena, masihkah kau menikmati
malam-malammu dengan kepulasan? masihkah? adakah tergerak hatimu untuk
bangkit, bersegera mendekat kepadaNya, memohon ampunanNya walaupun
hanya dengan dua rakaat? tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata. "Akulah
Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa
yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni," Dia terus berkata
demikian hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, bagi kami manusia-manusia
malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami
kehidupan sesungguhnya, sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang
penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap? Apakah kau
menginginkan kehidupan sesungguhnya? maka ikutilah jejak kami,
manusia-manusia malam, kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu
sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, nikmatilah
tidurmu diatas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal
gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya,
maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.

Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di surgaNya, mendapati dirimu
dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam
dan sisi dalamnya terlihat dari luar.

Amin........ .

-admin-

Tuesday, July 01, 2008

Berbaik Sangka kepada Allah SWT

"Sesungguhnya Sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu selesai dari satu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” ( Surat Al Insyirah 6-7)

Orang yang hidupnya tanpa tantangan tidak akan memiliki tingkat kesungguhan yang bagus dalam berharap memohon pertolonganNya. Persaingan demi persaingan adalah bagian dari karunia Allah.

Akan tetapi, pada kondisi yang sama dalam hal tantangan dan kesulitan ternyata banyak juga orang yang jadi menderita: stress, tegang, takut, was-was, bingung dan cemas. Mengapa demikian?? Jawabannya adalah karena pikirannya hanya terfokus ke dalam dirinya semata, atau kepada orang lain yang dipandang mampu menolong menyelesaikan masalahnya. Padahal, siapapun yang terlalu sibuk mengandalkan kemampuan diri atau mahluk, maka hidupnya akan tercekam rasa waswas, takut, dan gelisah.

Saudaraku, dalam Surat Al Ankabut ayat 60, dapat diketahui bahwa seluruh mahluk sudah dijamin rejekinya oleh Allah SWt, “Berapa banyak binatang melata yang tidak sanggup membawa rejekinya, Allah-lah yang menjamin rejekinya, juga terhadapmu.”

Yang tidak dijamin adalah ganjaran. Ganjaran atau pahala harus kita cari, tetapi rezeki sudah menjadi jaminan Allah. Karena itu kita tidak perlu risau apa yang sudah dijanjikan Allah kepada kita, tetapi risaukanlah kalau kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita.

Umpamakanlah ada seorang majikan menyuruh hamba sahayanya untuk bekerja. Tidak mungkin majikan ini lupa memberi makan kepada hamba sahayanya. Kalau ia lupa, maka hamba sahayanya ini tidak bisa bekerja. Semakin bagus kerjanya, maka akan semakin dicukupi kebutuhannya.

Lalu bagaimana mungkin kita beribadah kepada Allah, tetapi rezeki kita tidak dipenuhi?? Bukankah Allah yang memerintahkan untuk beribadah? Contoh Allah menyuruh kita untuk Shalat, sementara Shalat itu harus menutup aurat. Di sini kita pasti akan dicukupi rezeki untuk mencari alat penutup aurat, karena yang menyuruh menutup aurat adalah Allah.

Allah memerintahkan kita untuk bersedekah, lalu bagaimana mungkin kita bisa sedekah kalau kita tidak diberi rezeki sementara yang memberi rezeki adalah Allah.

Karena itu saudaraku, kewajiban kita yang pertama adalah husnudzan (berbaik sangka) bahwa Allah adalah Maha Penjamin rejeki. Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah berfirman,”Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”

Apa yang bisa kita renungi dari hadits ini yaitu rahasia yang membuat seseorang memiliki motivasi tinggi adalah seberapa besar keyakinannya bahwa Allah akan menolongnya. Tingkat keyakinan seseorang kepada Allah akan membuat jaminan Allah datang kepada dirinya. Artinya, kalau seorang hamba yakin sekali akan datangnya pertolongan Allah, maka pertolonganNya itu pasti datang. Jika seorang hamba sangat yakin bahwa doa-doanya akan diijabah, niscaya Allah akan mengabulkannya.

Seorang hamba yang yakin bahwa Allah akan melapangkan kesulitannya, maka ia akan mendapati segala urusannya dilapangkan oleh-Nya. Jadi, sejauh mana tingkat keyakinan kita kepada Allah, itulah yang akan menjadi factor penentu yang dapat menghambat atau memperlancar datangnya pertolongan Allah kepada kita.

Pertolongan Allah kadangkala datang dari yang tidak kita pernah duga sebelumnya. Apa yang sulit di dunia ini kalau Allah sendiri yang ikut merencanakan segala cita-cita kita??

Kalau Allah sudah menolong, maka tak akan ada lagi aral melintang yang dapat menghadang dan menghambat laju perjalanan kita. Kalaupun ada-sebesar dan seberat apa pun rintangan itu- akan dianggap tak lebih sekedar tantangan untuk dihadapi dan dicarikan solusi-solusi yang terbaik.

NAMUN, kita harus sadar bahwa kita ini adalah mahluk, yang memiliki daya nalar dan pengetahuan yang terbatas. Kita memang punya cita-cita, keinginan, ambisi ataupun rencana-rencana besar yang sudah kita buat seperti blue print dalam perjalanan kehidupan kita. Bahkan kita dianjurkan untuk berikhtiar semaksimal mungkin.

Sekali lagi kita ini hanyalah mahluk, tidak jarang impian, cita-cita, ataupun sesuatu yang kita idam-idamkan tidak bisa terwujud. Apa pasalnya???, Apa salahku??, Apa yang kurang??? Allah tidak adil!!, sering kali kita terjebak ke dalam sikap yang penuh dengan penyesalan dan kecewa besar.

Itu dia!! Kembali lagi ke hadits di atas, kita harus berbaik sangka. Kita punya rencana, Allah juga punya rencana. DAN yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah.

Siapkanlah Mental kita untuk menerima apapun yang terbaik menurut ilmu Allah SWT sebagaimana firmanNya dalam Surat Al Baqarah 216 :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”

Ketahuilah, hidup ini terdiri dari berbagai episode kehidupan yang tidak monoton. Ini adalah kenyataan hidup. Jadi, kita harus benar-benar arif dalam menyikapi setiap episode kehidupan dengan lapang dada dan ikhlas.

Jangan selimuti diri dengan keluh kesah. Semua itu tidak menyelesaikan masalah. Kita harus ridha menerima apapun kenyataan yang terjadi, diiringi ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan pada jalan Allah SWT.

Demikian teman, tulisan ini adalah renungan untuk kita semua. Bukan bermaksud menggurui, saduran ini adalah salah satu upaya saling menasihati dan saling mengingatkan. Keputusan dan rencana Allah mungkin tidak seindah angan-angan yang saat ini kita impikan, namun berbaik sangka kepada Allah adalah kewajiban kita, sebagaimana kita juga harus berbaik sangka terhadap saudara kita.

Terakhir, jujur diri dan koreksi diri, lalu adakan perbaikan. Semoga kesempatan selalu diberikan Allah SWT.
Sumber Bacaan :
Gymnastiar, Abdullah, “Aku Bisa!” Manajemen Qalbu untuk Melejitkan Potensi, MQ Publishing, Bandung: 2004.

Iffah_2006_UGM

Wednesday, June 25, 2008

USM STAN

Assalamu'alaykum..
ada pengumuman USM STAN lho...udah pada tau belum?
cek di www.stan.ac.id

nila-STAN

NB: dari admin: afwan tampilan adobe yang anti kirim gak bisa ditampilkan. Jadi, dicoba dibuka di www.stan.ac.id aja

Thursday, May 15, 2008

Ujian Masuk UI

Info Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Indonesia Program Sarjana Reguler

Proses Penerimaan mahasiswa UI yang seleksi tahun 2007 dilakukan melalui PPKB (Prestasi dan Pemerataan kesempatan belajar) dan SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru) pada tahun 2008 ini dilakukan melalui PPKB, SNMPTN (Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri) dan UMB (Ujian Masuk Bersama). SNMPTN adalah seleksi penerimaan nasional yang diselenggarakan Panitia yang dibentuk oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang ujiannya diselenggarakan tanggal 2—3 Juli 2008.
Ujian Masuk Bersama (UMB) adalah Seleksi Ujian Masuk yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia bekerjasama dengan Perhimpunan SPMB Nusantara dalam kegiatan yang diberi nama Ujian Masuk Bersama. Calon Mahasiswa dapat memilih salah satu atau kedua ujian seleksi tersebut untuk diterima menjadi mahasiswa UI.

Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan bagi mahasiswa yang diterima melalui seleksi PPKB, SNMPTN dan UMB adalah sama. Besaran biaya operasional pendidikan mahasiswa yang diterima melalui seleksi PPKB, SNMPTN dan UMB berdasarkan penghasilan penanggung biaya pendidikan.

Jalur Penerimaan

Daya Tampung

BOP (per semester)

Uang Pangkal (semester 1 tahun 1)

PPKB

450

  • Utk IPA Rp 7.5 juta
  • Utk IPS Rp 5 juta

Biaya dapat diringankan sampai menjadi Rp.100.000,-
bagi yang tidak mampu

Disesuaikan dengan penghasilan penanggung biaya pendidikan, maksimum:
Rp 25 jt (FK, FKG, FT, Fasilkom)
Rp 10 jt (FE, FISIP, FH, FPSI)
Rp 5 jt (FKM, FIK, FMIPA, FIB)

SNM-PTN

900

UMB

3318

Ditambah DKFM Rp. 100.000 per semester dan DPP Rp 600.000 sekali saja disemester 1 tahun 1

Cara Pendaftaran UMB
Pendaftaran UMB di Jakarta dilakukan dengan 2 cara, yaitu pendaftaran cara kolektif melalui sekolah dan pendaftaran cara perorangan.

Peserta pendaftaran cara perorangan dilakukan di Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tanggal 22 – 30 Mei 2008 di Jalan Rawamangun Muka Jakarta Timur. Peserta pendaftaran cara kolektif mendaftar melalui sekolah masing-masing kemudian diteruskan sekolah melalui Sub Rayon Ujian Nasional SMA dan SMK di Jakarta atau ke Sekretariat Panitia Lokal Jakarta PSPMB-UMB di Jl Salemba Raya 4 Jakarta Pusat telp. 31930339.

Pendaftaran di wilayah lain tanggal 27 Mei 2008 s.d. 4 Juni 2008 hubungi Panitia lokal terdekat di

  1. Medan Kampus USU
  2. Padang Kampus UNP
  3. Semarang Jl. Kertanegara IV No.2
  4. Surabaya Gedung Amarta-Kopertis wilayah VII, Jl Kertajaya Indah Timur No. 55
  5. Makasar Kampus UNHAS

Informasi mengenai pendaftaran UMB (021) 31930339, 3101906 Fax. (021)31930328

Jadual pendaftaran UMB Lokal Jakarta

Kegiatan

Kolektif-
Subrayon

Kolektif-
Nonsubrayon

Individu/ Perorangan

Pembayaran di Bank BNI

19 Mei

19 – 21 Mei

19 – 30 Mei

Pengambilan formulir oleh Kepala Subrayon di Sekretariat

21 – 22 Mei

23 – 24 Mei


Pengambilan formulir oleh Kepala Sekolah di Subrayon

23 Mei



Pengambilan formulir di Kampus UNJ



22 – 30 Mei

Penyelesaian di sekolah

26 – 28 Mei



Penyelesaian di Subrayon

29 – 30 Mei



Penyelesaian di Sekr Panitia lokal Jkt


28 – 31 Mei


Pendaftaran



26 – 31 Mei

Kelengkapan Pendaftaran

  1. Fotokopi STTB/ Tanda kelulusan yang dilegalisir dan aslinya (bagi lulusan 2006-2007), atau fotokopi raport kelas 1 dan 2 yang dilegalisir, atau kartu tanda peserta ujian nasional, atau surat keterangan dari kepala sekolah yang menyatakan ybs. telah mengikuti ujian nasional dan benar murid sekolah tersebut (bagi lulusan 2008).
  2. Fotokopi KTP dan aslinya atau Kartu OSIS atau surat keterangan dari sekolah (bagi yang belum memiliki KTP)
  3. 3 lembar Pas Foto terbaru (tiga bulan terakhir) ukuran 4 x 6

Ujian Seleksi
Ujian tulis dilaksanakan tanggal 7 – 8 Juni 2008
Ujian diselenggarakan di Medan, Padang, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makasar dan tempat-tempat yang akan ditentukan kemudian

Materi Ujian
Materi Ujian meliputi kemampuan kuantitatif dan bahasa (Matematika dasar, bahasa Indonesia, bahasa Inggris), Kemampuan IPA (Matematika, Biologi, Kimia, Fisika, IPA Terpadu) bagi yang memilih IPA, Kemampuan IPS (Sejarah, Geografi, Ekonomi, IPS terpadu) bagi yang memilih IPS. Bagi yang memilih IPC mengikuti tes kemampuan seluruhnya.

Pengumuman hasil UMB 2008
21 Juni 2008

Biaya formulir
Program IPA/IPS Rp 175.000 (2 pilihan program studi)
Program IPC Rp 200.000 (3 pilihan program studi)

Persyaratan

  1. Lulusan SMTA (SMA, MA, SMK, SMTA luar negeri, ujian persamaan, dsb) tahun 2008, 2007, dan 2006
  2. Mempunyai kesehatan fisik yang tidak mengganggu kelancaran belajar di program studi pilihannya.

Pilihan Program Studi Sarjana Reguler

Pilihan Program IPA
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendidikan Dokter

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Pendidikan dokter gigi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Masyarakat, Gizi

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Ilmu keperawatan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Farmasi, Geografi.

FAKULTAS TEKNIK
Teknik Sipil,Teknik Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Perkapalan, Teknik Elektro, Teknik Komputer, Teknik Metalurgi dan Material, Teknik Kimia, Arsitektur, Teknik Industri, Arsitektur Interior, Teknologi Bioproses

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
Ilmu Komputer, Sistem Informasi

Pilihan Program IPS
FAKULTAS HUKUM
Ilmu Hukum

FAKULTAS EKONOMI
Ilmu Ekonomi, Akuntansi, Manajemen

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
Arkeologi, Ilmu Filsafat, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Sejarah, Sastra Arab, Sastra Belanda, Sastra Cina, Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Sastra Jerman, Sastra Perancis, Sastra Rusia, dan Bahasa dan Kebudayaan Korea.

FAKULTAS PSIKOLOGI
Psikologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Antropologi Sosial, Ilmu Administrasi Fiskal, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Niaga, Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Kriminologi, Sosiologi

Tabel Biaya pendidikan mahasiswa yang diterima melalui seleksi PPKB, SNMPTN dan UMB

Fakultas/Program Studi/Peminatan

Biaya Operasional Pendidikan
(BOP)
Setiap Semester

Dana Kesejahteraan
Fasilitas Mahasiswa
(DKFM)
Setiap Semester

Uang Pangkal
(UP)
Tahun I
Semester 1

Dana Pelengkap
Pendidikan
(DPP)
Tahun I
Semester 1

Rumpun Kesehatan

FAKULTAS KEDOKTERAN
Pendidikan Dokter

7.500.000

100.000

25.000.000

600.000

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
Pendidikan dokter gigi

7.500.000

100.000

25.000.000

600.000

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Kesehatan Masyarakat, Gizi

7.500.000

100.000

5.000.000

600.000

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Ilmu keperawatan

7.500.000

100.000

5.000.000

600.000

Rumpun Sains Teknologi

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Farmasi, Geografi.

7.500.000

100.000

5.000.000

600.000

FAKULTAS TEKNIK
Teknik Sipil,Teknik Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Perkapalan, Teknik Elektro, Teknik Komputer, Teknik Metalurgi dan Material, Teknik Kimia, Arsitektur, Teknik Industri, Arsitektur Interior, Teknologi Bioproses

7.500.000

100.000

25.000.000

600.000

FAKULTAS ILMU KOMPUTER
Ilmu Komputer, Sistem Informasi

7.500.000

100.000

25.000.000

600.000

Rumpun Sosial dan Humaniora

FAKULTAS HUKUM
Ilmu Hukum

5.000.000

100.000

10.000.000

600.000

FAKULTAS EKONOMI
Ilmu Ekonomi, Akuntansi, Manajemen

5.000.000

100.000

10.000.000

600.000

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
Arkeologi, Ilmu Filsafat, Ilmu Perpustakaan, Ilmu Sejarah, Sastra Arab, Sastra Belanda, Sastra Cina, Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Sastra Indonesia, Sastra Inggris, Sastra Jepang, Sastra Jerman, Sastra Perancis, Sastra Rusia, dan Bahasa dan Kebudayaan Korea.

5.000.000

100.000

5.000.000

600.000

FAKULTAS PSIKOLOGI
Psikologi

5.000.000

100.000

10.000.000

600.000

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Antropologi Sosial, Ilmu Administrasi Fiskal, Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Niaga, Ilmu Hubungan Internasional, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Ilmu Komunikasi, Ilmu Politik, Kriminologi, Sosiologi

5.000.000

100.000

10.000.000

600.000

Catatan
Besarnya biaya operasional pendidikan yang harus dibayarkan sebagaimana tercantum dalam tabel di atas disesuaikan dengan kemampuan penanggung Biaya Pendidikan yang diatur dalam keputusan Rektor tentang ”Mekanisme Penetapan pembebanan besaran biaya operasional bagi mahasiswa Universitas Indonesia Program sarjana reguler tahun akademik 2008-2009”

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA TENTANG MEKANISME PENETAPAN PEMBEBANAN BESARAN BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM SARJANA REGULER TAHUN AKADEMIK 2008/2009

”........
Pembebanan Besaran BOP
Pasal 2
Pembebanan besaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang ditanggung oleh penanggung
biaya per semester berkisar antara Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) hingga Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) untuk rumpun ilmu sosial dan humaniora, antara Rp 100.000,- (seratus ribu
rupiah) hingga Rp 7.500.000,- (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk rumpun kesehatan dan
rumpun sains dan teknologi”

Syarat-syarat Administrasi
Pasal 4
(1) Mahasiswa wajib menyerahkan data yang diperlukan kepada Panitia Biaya Operasional Pendidikan (BOP) untuk digunakan sebagai dasar dalam menentukan besaran Biaya Operasional Pendidikan (BOP) yang dibebankan kepada penanggung Biaya Pendidikan (BP).
(2) Data sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah:

  1. Surat Keterangan Penghasilan Total Slip Gaji penanggung Biaya Pendidikan (BP) bagi yang bekerja di sektor formal (instansi pemerintah atau swasta). Ketentuan Slip Gaji ini tidak berlaku bagi orang tua yang bekerja di sektor informal usaha sendiri yang tidak memiliki Slip Gaji, akan tetapi wajib menyertakan surat keterangan dari RT/RW domisili penanggung biaya dan orang tua. Penghasilan yang dimaksud adalah pendapatan total dari orang tua dan penanggung biaya;
  2. Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau keterangan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun terakhir;
  3. Fotokopi rekening listrik (tempat tinggal orang tua dan Penanggung biaya) 3 (tiga) bulan terakhir;
  4. Fotokopi rekening telpon (tempat tinggal orang tua dan Penanggung biaya) 3 (tiga) bulan terakhir;
  5. Fotokopi rekening air (tempat tinggal orang tua dan Penanggung biaya) 3 (tiga) bulan terakhir;
  6. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Bumi dan Bangunan tempat tinggal orang tua dan penanggung biaya;
  7. Fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi KTP orang tua/wali yang masih berlaku;
  8. Formulir data diri yang telah diisi oleh Mahasiswa.

(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dikurnpulkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak hari pendaftaran administrasi dimulai kepada Panitia BOP di fakultas masing-masing.
........”

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA TENTANG BIAYA PENDIDIKAN
MAHASISWA BARU UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM SARJANA REGULER
TAHUN AKADEMIK 2008/2009

”...........
Beasiswa Universitas
Pasal 6
Beasiswa Universitas dapat diberikan kepada mahasiswa Program Sarjana Reguler yang memerlukan dan memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku.

Bentuk Beasiswa Universitas
Pasal 7
(1) Mahasiswa yang memenuhi persyaratan, dapat memperoleh Beasiswa Universitas, dalam bentuk:
a. Pembayaran Biaya Pendidikan (BP)dengan angsuran;
b. Pemberian sebagian Uang Pangkal (UP) dari yang harus dibayarkan.
(2) Pemberian Beasiswa Universitas sesuai ayat (1) hanya berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) semester.
(3) Keputusan Pimpinan Fakultas atas pemberian Beasiswa Universitas berlaku berjalan dan bersifat final.”

Persyaratan Untuk Mendapat Beasiswa Universitas
Pasal 8
Bagi mahasiswa yang memerlukan Beasiswa Universitas, wajib menyerahkan Surat Pernyataan penanggung Biaya Pendidikan (BP) di atas meterai secukupnya tentang penjelasan alasan permohonan disertai bukti-bukti pendukung sebagai berikut:

  1. Surat keterangan tidak mampu dari RT/RW domisili penanggung Biaya Pendidikan (BP) diketahui oleh Lurah/Kepala Desa setempat, diutamakan yang memiliki Kartu Gakin;
  2. Surat Keterangan Penghasilan Total/Slip Gaji penanggung Biaya Pendidikan (BP) bagi yang bekerja di sektor formal (instansi pemerintah atau swasta). Ketentuan Slip Gaji ini tidak berlaku bagi orang tua yang bekerja di sektor informal usaha sendiri yang tidak memiliki Slip Gaji;
  3. Menyerahkan fotokopi NPWP (bagi yang memiliki);
  4. Fotokopi rekening listrik (tempat tinggal penanggung Biaya Pendidikan (BP) 3(tiga) bulan terakhir;
  5. Fotokopi rekening telpon (tempat tinggal penanggung Biaya Pendidikan(BP) 3(tiga) bulan terakhir;
  6. Fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi KTP penanggung Biaya Pendidikan (BP) yang masih berlaku;
  7. Fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi KTP orang tua/wali yang masih berlaku;
  8. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Bumi dan Bangunan penanggung Biaya Pendidikan (BP);
  9. Surat pernyataan bermeterai cukup dari tiga tetangga terdekat yang bukan saudara yang menjelaskan kondisi ekonomi penanggung Biaya Pendidikan (BP) mahasiswa dilengkapi fotokopi identitas diri; dan
  10. Syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas masing-masing.

Prosedur Untuk Mendapatkan Beasiswa Universitas
Pasal9

  1. Mahasiswa mengisi formulir permohonan Beasiswa Universitas dan melengkapi persyaratan sesuai Pasal8.
  2. Seluruh dokumen yang disyaratkan sesuai dengan ayat (1) di atas diserahkan kepada Manajer Kemahasiswaan atau pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Fakultas sebelum periode registrasi administrasi dimulai.
  3. Permohonan pada ayat (1) di atas akan dipertimbangkan dan ditetapkan bentuk beasiswanya oleh Pimpinan Fakultas setelah dilakukan pemeriksaan berkas dan wawancara.
  4. Jangka waktu permohonan, penetapan, dan pemutakhiran data Biaya Pendidikan (BP), selambat-lambatnya diselesaikan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sebelum jadwal registrasi administrasi berakhir.
  5. Jadwal registrasi administrasi, mengikuti ketentuan Kalender Akademik Universitas untuk tahun akademik berjalan.
dikutip dari www.ui.edu
untuk info lebih lanjut hub vivid (081359293788), bayu (085235010645), yudha (081335389185)

-VIVID/ UI-

Monday, May 05, 2008

info beasiswa ITB

Info dari milis SMUN21.Buat yang punya adik, keponakan atau kenalan
M99 adalah sebuah organisasi yang seluruh anggotanya merupakan alumni Teknik Mesin ITB angkatan 1999. Sebagai mantan pelajar, kami menyadari bahwa mahalnya biaya perkuliahan mengakibatkan sedikit kesempatan bagi pelajar yang cerdas tapi tak mampu secara ekonomi untuk terus bersekolah. M99 membuka peluang bagi adik-adik sekalian yang punya prestasi SMU yang baik dan tidak mampu secara ekonomi untuk mau berkuliah di Institut Teknologi Bandung . Syaratnya mudah, silahkan kirimkan data pribadi dibawah ini beserta hasil scan/photocopy rapor selama SMU
Nama :
Alamat tinggal :
Sekolah :
Nama orang tua/wali (yang bisa dihubungi) :
Pekerjaan :
Nomor telp orang tua/wali :
ke :farhan_ketum@ yahoo.com atauFarhan MuhammadJl. Bintaro Permai 3 Gang Anggrek No.34 RT. 1Jaksel 12330021-91540098085846475366

M99 akan memberikan beasiswa penuh untuk dapat berkuliah di ITB (sesuai ketentuan-ketentuan yang M99 tetapkan). M99 akan tunggu data dari adik-adik sampai dengan 15 Mei 2008.
Salam hangat,

M99

Monday, April 28, 2008

20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional ???

Kelahiran organisasi Boedhi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 sesungguhnya amat tidak patut dan tidak pantas diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, karena organisasi ini mendukung penjajahan Belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, a-nasionalis, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya merupakan anggota Freemasonry Belanda (Vritmejselareen).

Dipilihnya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, sesungguhnya merupakan suatu penghinaan terhadap esensi perjuangan merebut kemerdekaan yang diawali oleh tokoh-tokoh Islam yang dilakukan oleh para penguasa sekular. Karena organisasi Syarikat Islam (SI) yang lahir terlebih dahulu dari Boedhi Oetomo (BO), yakni pada tahun 1905, yang jelas-jelas bersifat nasionalis, menentang penjajah Belanda, dan mencita-citakan Indonesia merdeka, tidak dijadikan tonggak kebangkitan nasional.

Mengapa BO yang terang-terangan antek penjajah Belanda, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, a-nasionalis, tidak pernah mencita-citakan Indonesia merdeka, dan anti-agama malah dianggap sebagai tonggak kebangkitan bangsa? Ini jelas kesalahan yang teramat nyata.

Anehnya, hal ini sama sekali tidak dikritisi oleh tokoh-tokoh Islam kita. Bahkan secara menyedihkan ada sejumlah tokoh Islam dan para Ustadz selebritis yang ikut-ikutan merayakan peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei di berbagai event. Mereka ini sebenarnya telah melakukan sesuatu tanpa memahami esensi di balik hal yang dilakukannya. Rasulullah SAW telah mewajibkan umatnya untuk bersikap: “Ilmu qabla amal” (Ilmu sebelum mengamalkan), yang berarti umat Islam wajib mengetahui duduk-perkara sesuatu hal secara benar sebelum mengerjakannya.

Bahkan Sayyid Quthb di dalam karyanya “Tafsir Baru Atas Realitas” (1996) menyatakan orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah, walau orang itu mungkin seorang ustadz bahkan profesor. Jangan sampai kita “Fa Innahu Minhum” (kita menjadi golongan mereka) terhadap kejahiliyahan.

Agar kita tidak terperosok berkali-kali ke dalam lubang yang sama, sesuatu yang bahkan tidak pernah dilakukan seekor keledai sekali pun, ada baiknya kita memahami siapa sebenarnya Boedhi Oetomo itu.

Pendukung Penjajahan Belanda

Akhir Februari 2003, sebuah amplop besar pagi-pagi telah tergeletak di atas meja kerja penulis. Pengirimnya KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924. Di dalam amplop coklat itu, tersembul sebuah buku berjudul “Syarikat Islam Bukan Budi Utomo: Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa” karya si pengirim. Di halaman pertama, KH. Firdaus AN menulis: “Hadiah kenang-kenangan untuk Ananda Rizki Ridyasmara dari Penulis, Semoga Bermanfaat!” Di bawah tanda tangan beliau tercantum tanggal 20. 2. 2003.

KH. Firdaus AN telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Namun pertemuan-pertemuan dengan beliau, berbagai diskusi dan obrolan ringan antara penulis dengan beliau, masih terbayang jelas seolah baru kemarin terjadi. Selain topik pengkhianatan the founding-fathers bangsa ini yang berakibat dihilangkannya tujuh buah kata dalam Mukadimmah UUD 1945, topik diskusi lainnya yang sangat konsern beliau bahas adalah tentang Boedhi Oetomo.

“BO tidak memiliki andil sedikit pun untuk perjuangan kemerdekan, karena mereka para pegawai negeri yang digaji Belanda untuk mempertahankan penjajahan yang dilakukan tuannya atas Indonesia. Dan BO tidak pula turut serta mengantarkan bangsa ini ke pintu gerbang kemedekaan, karena telah bubar pada tahun 1935. BO adalah organisasi sempit, lokal dan etnis, di mana hanya orang Jawa dan Madura elit yang boleh menjadi anggotanya. Orang Betawi saja tidak boleh menjadi anggotanya, ” tegas KH. Firdaus AN.

BO didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 atas prakarsa para mahasiswa kedokteran STOVIA, Soetomo dan kawan-kawan. Perkumpulan ini dipimpin oleh para ambtenaar, yakni para pegawai negeri yang setia terhadap pemerintah kolonial Belanda. BO pertama kali diketuai oleh Raden T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar kepercayaan Belanda, yang memimpin hingga tahun 1911. Kemudian dia diganti oleh Pangeran Aryo Notodirodjo dari Keraton Paku Alam Yogyakarta yang digaji oleh Belanda dan sangat setia dan patuh pada induk semangnya.

Di dalam rapat-rapat perkumpulan dan bahkan di dalam penyusunan anggaran dasar organisasi, BO menggunakan bahasa Belanda, bukan bahasa Indonesia. “Tidak pernah sekali pun rapat BO membahas tentang kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka. Mereka ini hanya membahas bagaimana memperbaiki taraf hidup orang-orang Jawa dan Madura di bawah pemerintahan Ratu Belanda, memperbaiki nasib golongannya sendiri, dan menjelek-jelekkan Islam yang dianggapnya sebagai batu sandungan bagi upaya mereka, ” papar KH. Firdaus AN.

Di dalam Pasal 2 Anggaran Dasar BO tertulis “Tujuan organisasi untuk menggalang kerjasama guna memajukan tanah dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis. ” Inilah tujuan BO, bersifat Jawa-Madura sentris, sama sekali bukan kebangsaan.

Noto Soeroto, salah seorang tokoh BO, di dalam satu pidatonya tentang Gedachten van Kartini alsrichtsnoer voor de Indische Vereniging berkata: “Agama Islam merupakan batu karang yang sangat berbahaya... Sebab itu soal agama harus disingkirkan, agar perahu kita tidak karam dalam gelombang kesulitan. ”

Sebuah artikel di “Suara Umum”, sebuah media massa milik BO di bawah asuhan Dr. Soetomo terbitan Surabaya, dikutip oleh A. Hassan di dalam Majalah “Al-Lisan” terdapat tulisan yang antara lain berbunyi, “Digul lebih utama daripada Makkah”, “Buanglah Ka’bah dan jadikanlah Demak itu Kamu Punya Kiblat!” (M. S) Al-Lisan nomor 24, 1938.

Karena sifatnya yang tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda, maka tidak ada satu pun anggota BO yang ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Arah perjuangan BO yang sama sekali tidak berasas kebangsaan, melainkan chauvinisme sempit sebatas memperjuangkan Jawa dan Madura saja telah mengecewakan dua tokoh besar BO sendiri, yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya hengkang dari BO.

Bukan itu saja, di belakang BO pun terdapat fakta yang mencengangkan. Ketua pertama BO yakni Raden Adipati Tirtokusumo, Bupati Karanganyar, ternyata adalah seorang anggota Freemasonry. Dia aktif di Loge Mataram sejak tahun 1895.

Sekretaris BO (1916), Boediardjo, juga seorang Mason yang mendirikan cabangnya sendiri yang dinamakan Mason Boediardjo. Hal ini dikemukakan dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” (Dr. Th. Stevens), sebuah buku yang dicetak terbatas dan hanya diperuntukan bagi anggota Mason Indonesia.

Dalam tulisan kedua akan dibahas mengenai organisasi kebangsaan pertama di Indonesia, Syarikat Islam, yang telah berdiri tiga tahun sebelum BO, dan perbandinganya dengan BO, sehingga kita dengan akal yang jernih bisa menilai bahwa Hari Kebangkitan Nasional seharusnya mengacu pada kelahiran SI pada tanggal 16 Oktober 1905, sama sekali bukan 20 Mei 1908.

Dalam tulisan bagian pertama, telah dipaparkan betapa organisasi Boedhi Oetomo (BO) sama sekali tidak pantas dijadikan tonggak kebangkitan nasional. Karena BO tidak pernah membahas kebangsaan dan nasionalisme, mendukung penjajahan Belanda atas Indonesia, anti agama, dan bahkan sejumlah tokohnya ternyata anggota Freemasonry. Ini semua mengecewakan dua pendiri BO sendiri yakni Dr. Soetomo dan Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga keduanya akhirnya hengkang dari BO.

Tiga tahun sebelum BO dibentuk, Haji Samanhudi dan kawan-kawan mendirikan Syarikat Islam (SI, awalnya Syarikat Dagang Islam, SDI) di Solo pada tanggal 16 Oktober 1905. “Ini merupakan organisasi Islam yang terpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air Indonesia, ” tulis KH. Firdaus AN.

Berbeda dengan BO yang hanya memperjuangkan nasib orang Jawa dan Madura—juga hanya menerima keanggotaan orang Jawa dan Madura, sehingga para pengurusnya pun hanya terdiri dari orang-orang Jawa dan Madura—sifat SI lebih nasionalis. Keanggotaan SI terbuka bagi semua rakyat Indonesia yang mayoritas Islam. Sebab itu, susunan para pengurusnya pun terdiri dari berbagai macam suku seperti: Haji Samanhudi dan HOS. Tjokroaminoto berasal dari Jawa Tengah dan Timur, Agus Salim dan Abdoel Moeis dari Sumatera Barat, dan AM. Sangaji dari Maluku.

Guna mengetahui perbandingan antara kedua organisasi tersebut—SI dan BO—maka di bawah ini dipaparkan perbandingan antara keduanya:

Tujuan:
- SI bertujuan Islam Raya dan Indonesia Raya,
- BO bertujuan menggalang kerjasama guna memajukan Jawa-Madura (Anggaran Dasar BO Pasal 2).

Sifat:
- SI bersifat nasional untuk seluruh bangsa Indonesia,
- BO besifat kesukuan yang sempit, terbatas hanya Jawa-Madura,

Bahasa:
- SI berbahasa Indonesia, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Indonesia,
- BO berbahasa Belanda, anggaran dasarnya ditulis dalam bahasa Belanda

Sikap Terhadap Belanda:
- SI bersikap non-koperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda,
- BO bersikap menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda,

Sikap Terhadap Agama:
- SI membela Islam dan memperjuangkan kebenarannya,
- BO bersikap anti Islam dan anti Arab (dibenarkna oleh sejarawan Hamid Algadrie dan Dr. Radjiman)

Perjuangan Kemerdekaan:
- SI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mengantar bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,
- BO tidak pernah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan telah membubarkan diri tahun 1935, sebab itu tidak mengantarkan bangsa ini melewati pintu gerbang kemerdekaan,

Korban Perjuangan:
- Anggota SI berdesak-desakan masuk penjara, ditembak mati oleh Belanda, dan banyak anggotanya yang dibuang ke Digul, Irian Barat,
- Anggota BO tidak ada satu pun yang masuk penjara, apalagi ditembak dan dibuang ke Digul,

Kerakyatan:
- SI bersifat kerakyatan dan kebangsaan,
- BO bersifat feodal dan keningratan,

Melawan Arus:
- SI berjuang melawan arus penjajahan,
- BO menurutkan kemauan arus penjajahan,

Kelahiran:
- SI (SDI) lahir 3 tahun sebelum BO yakni 16 Oktober 1905,
- BO baru lahir pada 20 Mei 1908,

Seharusnya 16 Oktober
Hari Kebangkitan Nasional yang sejak tahun 1948 kadung diperingati setiap tanggal 20 Mei sepanjang tahun, seharusnya dihapus dan digantikan dengan tanggal 16 Oktober, hari berdirinya Syarikat Islam. Hari Kebangkitan Nasional Indonesia seharusnya diperingati tiap tanggal 16 Oktober, bukan 20 Mei. Tidak ada alasan apa pun yang masuk akal dan logis untuk menolak hal ini.

Jika kesalahan tersebut masih saja dilakukan, bahkan dilestarikan, maka saya khawatir bahwa jangan-jangan kesalahan tersebut disengaja. Saya juga khawatir, jangan-jangan kesengajaan tersebut dilakukan oleh para pejabat bangsa ini yang sesungguhnya anti Islam dan a-historis.

Jika keledai saja tidak terperosok ke lubang yang sama hingga dua kali, maka sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia seharusnya mulai hari ini juga menghapus tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan melingkari besar-besar tanggal 16 Oktober dengan spidol merah dengan catatan “Hari Kebangkitan Nasional”. (Tamat/Rizki Ridyasmara).

Waah…tulisan yang luar biasa, sampai-sampai mungkin sebagian dari kita akan semakin bingung dengan semua pelajaran sejarah yang kita pernah dapatkan. Mungkin akan timbul lagi pertanyaan yang sangat logis,”Bagaimana sejarah Negara saya sebenarnya??”

Artikel ini saya peroleh dari sebuah media Islam yang cukup termasyhur juga. Bukan dalam sebuah artian artikel ini suatu kebenaran mutlak, namun, jauh dari semua itu artikel ini butuh suatu kritik yang logis. Artikel ini membutuhkan suatu tanggapan. Ayo…saudara-sejarah Negara Indonesia tercinta.

Kita hidup dalam sebuah masyarakat yang cerdas. Salah satu penanda yang cukup untuk dikatakan sebagai masyarakat cerdas adalah kemampuan untuk menampilakan bukti dan fakta, bukan hanya sekedar asumsi yang justru akan membuat kita jauh dari realita yang terjadi. Jadi, kita sampaikan pula bukti yang kita punya dalam setiap argumentasi yang kita buat. OK…


Dimas Agil Marenda’2007

Tuesday, April 22, 2008

Selamat Hari Kartini (RA Kartini yang sebenernya)

Salahsatu pahlawan wanita yang cukup populer di bangsa ini adalah R.A. Kartini, tahukah Anda tentang seorang Kartini sebenarnya?? Berikut beberapa dokumentasi sejarah Kartini melalui surat-suratnya; ada attachment berupa file aplikasi untuk handphone Anda yang menggunakan OS Symbian, (sumber: www.inhandlearning. com )


Menuju Cahaya...

”Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa?? Agama Islam melarang ummatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? ?”

”Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu”

”Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella??” [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]

Cerminan kritis dan rasa ingin tahu yang tinggi dari seorang Kartini terlukis jelas dalam tulisan tersebut. Hingga suatu hari, takdir mempertemukan pada suatu pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat yang tidak lain adalah pamannya sendiri. Pengajian dibawakan oleh seorang ulama yang bernama Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar ( atau dikenal Kyai Sholeh Darat) tentang Tafsir Al-Fatihah.

Terjadilah dialog antara Kartini dengan Kyai Sholeh Darat;

”Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya??” tanya Kartini.

Tertegun Kyai Sholeh Darat.

”Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian??”. Kyai Sholeh Darat balik bertanya.

”Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia??” balas Kartini.

Pertemuaan singkat inilah yang kemudian melahirkan jilid pertama Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran, yakni terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jawa dari juz 1-13 karya Kyai Sholeh Darat, yang kemudian dihadiahkan pada pernikahan R.A. Kartini.

Mulailah Kartini belajar Islam dengan arti yang sesungguhnya, hingga pada suatu waktu Kartini begitu terkesan betul dengan ayat berikut;

”Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindung nya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” [2:257]

Kata-kata minazh zhulumaati ilan nuur ini sering diulang-ulangnya, dari gelap kepada cahaya. Bagi Kartini, terasa benar pengalaman pribadi tersebut, dari kegelisahan dan pemikiran tak berketentuan kepada pemikiran hidayah.

Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat ”Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Istilah ini yang dalam Bahasa Belanda adalah ”Door Duisternis Tot Licht”, kemudian menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane menjadi ”Habis Gelap Terbitlah Terang”

Masa-masa berikutnya adalah di mana seorang Kartini mengalami transformasi spiritual yang luar biasa. Hingga mengubah pandangannya terhadap berbagai hal, misal setelah sekian lamanya bilau kagum terhadap masyarakat Eropa yang saat itu menurutnya lebih maju;

”Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakan ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban??”
[Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]

Dalam surat lain Kartini bertekad untuk memperbaiki citra Islam yang selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini menyatakan;

”Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

”Kesusahan kami hanya dapat kami keluhkan kepada Allah, tidak ada yang dapat membantu kami dan hanya Dia-lah yang dapat menyembuhkan.”
[Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 1 Agustus 1903]

”Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun, ia sebenar-benarnya bebas” [Surat Kartini kepada Ny. Ovink, Oktober 1900]

Begitulah seorang Kartini, melalui dedikasi dan militansinya mengangkat derajat bangsa ini kepada sebenar-benarnya hidayah. Tidak sekedar tunduk kepada bangsa lain. Militansi memang tidak harus selalu berhubungan dengan militer atau senjata. Militansi juga termasuk sifat-sifat yang tercermin dari jiwa keprajuritan seorang Kartini; tidak mangkir dari tugasnya memahami Islam kemudian mendakwahkan, memperbaiki citra Islam dengan berbagai resiko, kesanggupan mengoreksi kezhaliman, dan banyak lagi. Akankah lahir Kartini – Kartini baru di negeri ini??


Selamat Hari Ibu...
Seorang Ibu dengan keshalehannya diberkahi, hingga syurga berada di telapak kakinya..



* ”Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu: Hamba Allah (Abdulloh)”
[Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 1 Agustus 1903]

Sumber :
http://fighter495. multiply. com/journal/ item/58
http://pangerans. multiply. com/reviews/ item/541/ Surat_Kartini_ kepada_Stella_ 6_November_ 1899?replies_ read=3


-ANDI/2005-

Monday, April 14, 2008

Ketika Idealisme Diuji

Afwan jika nantinya dalam tulisan ini, ane sedikit “rasis”. Bermula dari pembicaraan dengan seorang adik kelas (lagi), ane menanyakan apakah ada ikhwan angkatannya yang mendaftar di STAN. Lalu adik tersebut menjawab, “Gak ada (atau sedikit sekali, ane lupa. afwan.) Mbak. Mereka ingin mempertahankan idealismenya.” Mungkin ada yang bingung, apa hubungan STAN dengan ke-idealisme-an. Ya! Seperti yang sudah diketahui, bahwa nantinya lulusan STAN hampir dapat dipastikan akan menjadi pengawal keuangan Negara (kami menyebut “pegawai Departemen Keuangan” sebagai “pengawal keuangan Negara”). Dan, sudah menjadi rahasia umum pula bahwa bekerja di Departemen Keuangan akan sering bersinggungan dengan uang yang tidak jelas asalnya alias korupsi. Begitu… Sepertinya mereka (ikhwan adek kelas ane) ingin mempertahankan idealisme mereka dengan tidak bersinggungan dengan uang-uang gak jelas ini. Lalu, ane berdiskusi dengan beberapa teman ane tentang masalah ini dan muncul dalam pikiran ane, “Oiya..ya..justru ketika masuk STAN, idealisme tersebut akan teruji”. Kok bisa?
Sedikit menyimpang dari tema, mungkin beberapa orang berpikir, ketika seseorang memutuskan untuk masuk STAN, dia tidak akan lebih dibutuhkan dibandingkan ketika dia kuliah di tempat lain. Kabarnya sih, suasana di STAN itu sudah kondusif (dan itu memang benar), jadi pasti kadernya banyak. Makanya seorang aktivis dakwah lebih dibutuhkan di kampus lain (ini pendapat banyak orang). Akhi, Ukhti…ketika antum melihat banyaknya ikhwah di STAN, ya! Itu memang benar, tapi tak sepenuhnya, karena nyatanya kamipun tetap kekurangan kader. Nyatanya, kami, ikhwah STAN, kadang kesulitan ketika harus menempatkan kader dalam wajihah-wajihah (organisasi). Apa masalahnya? Ya itu tadi, kami kekurangan kader. Sampai-sampai seorang kader harus memegang amanah dobel2 yang membuat ia tak bisa fokus dalam wajihahnya. Ane tau, di kampus lain pun juga mengalami masalah saperti ini. Yang ingin ane tekankan adalah, kader itu dibutuhkan dimana saja ia berada, baik di STAN maupun di kampus lain (afwan, hati ini merasa sedikit sakit saat ada ikhwah yang bilang, “Antum lebih dibutuhkan di kampus lain”, ketika ada ikhwah lain yang memutuskan masuk STAN, afwan… tapi insyaAllah sekarang udah engga' sakit hati, piss….^-^v)
Sebelum sampai pada kesimpulan tentang idealisme, boleh ane berbicara lebih jauh? Tentang birokrasi. Banyak ikhwah yang tak suka menjadi pegawai negeri. Ya! Tak masalah, toh orang bebas memilih apa yang diingininya. Ane kadang sedih ketika ada ikhwah yang memandang sebelah mata terhadap profesi yang satu ini. Ketika sebuah perjuangan dakwah itu dilakukan, ketika ingin menegakkan daulah Islamiyah, tidak bisa hanya dari satu sisi saja, tapi harus dari semua sisi, dan salah satunya adalah sisi pemerintahan. Mungkin banyak yang berfikir, “Toh kita hanya jadi bawahan, bukan sebagai pembuat kebijakan." Tapi, ketika tidak dimulai dari bawah, maka tak akan pernah ada. Ketika bidang ini “dipegang” oleh ikhwah, perjuangan menegakkan khilafah Islamiyah insyaAllah akan lebih mudah.
Kembali lagi ke pokok permasalahan, tentang idealisme. Teringat cerita mbak murobbiy ane tentang suaminya yang juga bekerja di DepKeu. (Dari sini, sudut pandangnya adalah mbak murobbiy ane) Suatu hari, suami mbak menangis, dia berkata, “Uang di sana bagai laron yang beterbangan. Mudah sekali ditangkap." Dia menangis, bayangin dek, seorang lelaki menangis. Lalu mbak berkata, “Lebih baik saya dan anak-anak kelaparan daripada harus memakan uang haram tersebut (so sweet…^-^)." ( sekarang balik lagi ke sudut pandang ane ya!) Ya…jangan jadikan idealisme sebagai alasan. Karena ke-idealisme-an antum akan diuji dimanapun antum berada, dan di STAN ujiannya mungkin berupa harta kekayaan. Walaupun banyak yang berguguran, tapi banyak juga yang lolos. Selalu ada seleksi alam Akhi, Ukhti…untuk membuktikan seberapa kuat kita berpegang pada idealisme kita. Itulah…ketika idealisme itu diuji. Jadi, silakan masuk STAN, dan buktikan idealisme antum (afwan, bukan bermaksud rasis, cuma promosi, ^-^)
Wallahu a’lam bis shawab
Nb : silakan menanggapi artikel ini, terutama untuk yang merasa ane bicarakan dalam artikel di atas, ane mau tabayyun, gak mau su'udzon. Syukron katsir.
Nee’06

Sunday, March 30, 2008

KEMAKSIATAN ANDA BERPENGARUH PADA GERAKAN DAKWAH

Kadang, petaka kemaksiatan seorang aktivis Islamatau sejumlah aktivis melebar mengenai gerakan dakwah, atau menimpakan kekalahan kepadanya, atau menyebabkannya mendapatkan ujian berat. Apalagi, jika kemaksiatan itu tergolong dosa besar, atau dikerjakan level qiyadah (pemimpin), atau dilakukan figur panutan, atau tidak dicegah secara maksimal oleh gerakan dakwah, atau taubat darinya bukan taubat nashuhah. Mahabenar Allah ketika berfirman,

“Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kalian.” (Al-Anfal: 25)

Jika kita kaji Perang Uhud, kita temukan sebab kekalahan kaum Muslimin di dalamnya ialah indispliner sebagian pasukan pemanah, yang jumlah mereka tidak mencapai 4%, dari jumlah total pasukan kaum Muslimin ketika itu. Apa akibatnya? Tujuh puluh sahabat terbunuh, perut mereka dibelah, hidung dan telinga mereka dipotong-potong, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terluka, wajah beliau terluka, dan gigi antara gigi seri dengan gigi taring beliau tercabut. Kendati demikian, Allah Ta’ala memaafkan mereka, seperti dijelaskan Al-Qur’an,

“Dan sesunggunya Allah memaafkan kalian.” (Ali-Imran: 152).

Seseorang berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri, “Bagaimana Allah memaafkan para pemanah, padahal tujuh puluh sahabat terbunuh?” Al-Hasan Al-Bashri menjawab, “Kalau sekiranya Allah tidak memaafkan mereka, tentu Dia menghabisi mereka semua.”

Itu semua akibat kemaksiatan, seperti dijelaskan Allah Ta’ala,

“Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (di Perang Uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (di Perang Badar) kalian berkata, ‘Dari mana datangnya (kekalahan) ini? ‘katakan, ‘Itu dari diri kalian sendiri”.” (Ali-Imran: 165).

Allah Ta’ala berfirman,

“Pada saat kalian lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepada kalian apa yang kalian sukai.” (Ali-Imran: 152).

Masalah ini juga terlihat dengan jelas di Perang Hunain. Di awal perang, kaum Muslimin kalah, akibat sebagian dari mereka terlalu bangga dengan jumlah pasukan dan senjata, serta lupa kalau kemenangan datang dari Allah Ta’ala. Orang-orang yang bangga dengan jumlah pasukan dan senjata ketika itu orang-orang yang baru masuk Islam. Seorang dari mereka berkata, “Hari ini kita tidak kalah oleh pasukan yang jumlah tentaranya sedikit.” Akibat ujub seperti ialah seperti dijelaskan Al-Qur’an.

“Dan (ingatlah) Perang Hunaian, yaitu di waktu kalian congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun, dan bumi yang luas itu terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah: 25).

Akhi-ukhti, aktivis Islam, renungkan baik-baik firman Allah Ta’ala,

“Dan bumi yang luas itu terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah: 25).

Saya katakan, gerakan dakwah yang ingin menegakkan agama di atas bumi itu harus lebih serius memberants kemungkaran di internal mereka, daripada kemungkaran di eksternal mereka. Sebab, jika mereka sukses memperbaiki kondisi internal mereka, mereka lebih sukses membenahi kondisi eksternal mereka. Bahkan, saya tegaskan, mereka tidak sukses memperbaiki kondisi eksternal sebelum mereka sukses membenahi kondisi internal mereka.

Sebelum mengakhiri pembahasan tentang kemasiatan, saya ingin menggarisbawahi masalah penting, yaitu kemaksiatan-kemaksiatan yang saya maksud ini bukan hanya kemaksiatn-kemaksiatan yang terlihat, tapi mencakup kemaksiatan-kemaksiatan batin, yang tidak terlihat. Kadang, kemaksiatan-kemaksiatan batin, misalnya riya’, ujub, dengki, ambisi jabatan, dan sombong itu lebih membahayakan, daripada kemaksiatan-kemaksiatan yang terlihat. Sebab, sesuatu yang tidak terlihat itu seperti kanker, yang menyebar secara cepat di tubuh dan menghancurkannya tanpa sakit dan tanda-tanda yang bisa dirasakan orang yang bersangkutan dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kecuali, setelah beberapa waktu, di mana ketika itu, dokter sudah tidak dapat berbuat apa-apa dan obat juga tidak berguna lagi. Bukankah kekalahan kaum Muslimin di Perang Hunain disebabkan kemaksiatan yang tidak terlihat, yaitu ujub? Biasanya, orang yang bukan pakar sulit mendeteksi penyakit-penyakit batin, apalagi yang bukan pakar!

Hendaklah gerakan dakwah mewaspadai seluruh kemaksiatan. Para qiyadah-nya harus membersihkan hati mereka dan berusaha semaksimal mungkin membersihkan hati kader-kader mereka, dengan segala sarana yang disyariatkan Islam dan tulis di banyak buku. Mereka mesti tahu bahwa tindakan prefentif lebih baik dari tindakan kuratif dan sedikit uang untuk biaya tindakan kuratif dan sedikit uang untuk biaya tindakan prefentif lebih baik daripada berjuta-juta uang untuk biaya kuratif. Mereka juga harus tahu bahwa terapi dan tindakan prefentif paling penting untuk mengatasi penyakit-penyakit batin ialah para tokoh dan figur panutan di gerakan dakwah hendaknya paling taat kepada Allah Ta’ala, hati dan organ tubuh mereka bersih dari segala syubhat, dosa-dosa kecil, dan dosa-dosa besar, baik dosa-dosa yang terlihat maupun tang tidak trelihat. Rakyat itu menurut perilaku penguasa mereka dan mengikuti pemimpin mereka, wallahu a’lam.

OOO

***** admin SALAMSMADA*****

Wednesday, March 26, 2008

KETIKA AMANAH DIMAKNAI SEBAGAI KARIR DAKWAH

Di suatu hari yang cerah, beberapa akhawat duduk melingkar dan mereka membicarakan banyak hal, salah satunya adalah tentang da’wah kampus. Seorang al-ukh berkata,“Eh, si fulan karir da’wahnya sedang naik nih.” Ternyata berita seorang al-akh yang baru diamanahi sebagai ketua rohis fakultas di sebuah universitas, terdengar juga di telinga akhwat. Kemudian mereka membicarakan pula teman-teman lain yang karir da’wahnya sedang menanjak. Hmm...Karir Da'wah?


Di tempat lainnya, seorang aktivis sedikit mengeluh,“Masa gua lagi… gua lagi..yang ngerjain beginian, lah kapan gua naik pangkatnya...” Ia enggan mengerjakan tugas yang baginya tidak layak dikerjakan olehnya yang sudah seharusnya menjabat posisi tertentu.

Seorang aktivis murung, wajahnya meredup kala mengetahui bahwa dirinya tidak tercantum sebagai calon ketua keputrian rohis, padahal ia sangat yakin dirinya akan masuk nominasi. Ia mengeluh kian kemari, dan tidak habis pikir mengapa dirinya tidak masuk, apalagi nominasi lainnya jelas-jelas belum berhijab. Dan ia sibuk mencari pembenaran. Kecewa, ia merasa dirinya lebih pantas dari yang lain.

Karir Da’wah dan Kesiapan Pemahaman


Di dalam Buku “Manajemen Sumber Daya Manusia 2” oleh Garry Dessler, Career atau Karir diartikan sebagai seluruh jabatan yang didapatkan seseorang selama hidupnya. Dan Career Path atau Jenjang Karir adalah serangkaian pola dari pekerjaan-pekerjaan yang membentuk karir seseorang. Karir membutuhkan perencanaan, yang mana seharusnya sebuah organisasi memberi peluang kemajuan karir kepada anggotanya.

Sedang makna Da’wah adalah menyeru manusia kepada Al-Haq, menyeru manusia kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Di dalam da’wah, ada nilai-nilai yang harus diemban, yaitu keikhlasan, keteladanan, lemah lembut dalam menyuruh dan melarang, mengerti apa yang harus dilakukan dan adil terhadap apa yang harus dilarang. Da’wah dilakukan hanya karena Allah dan sang pengemban da’wah tidak meminta imbalan kepada siapapun kecuali imbalan dari Allah SWT. Tanpa orientasi “Allahu Ghoyatuna” ini, maka rusaklah da’wah yang diserukan, sia-sia sajalah apa yang sang da’i usahakan.

Di dalam organisasi da’wah, memang ada konsep fase-fase Da’wah Fardiyah untuk membentuk seorang kader. Fase yang pertama adalah tsiqoh, fase kedua menyatu dengan da’wah, dan ketiga adalah bergerak bersama da’wah. Namun yang sering terjadi adalah lompatan fase akibat mengejar target jumlah kader, yaitu dari fase pertama melompat ke fase ketiga. Di mana saat fase ketiga ini, seseorang diajak bergerak bersama dalam da’wah, dalam kepanitiaan atau kepengurusan misalnya. Akhirnya timbullah gerak tanpa ruh, gerak tanpa diiringi pemahaman mendalam tentang esensi da’wah. Hingga muncullah kader-kader yang menganggap amanah kepemimpinan sebagai wujud keistimewaan, amanah sebagai wujud karir.

Ketika seseorang bergabung dalam organisasi da’wah maka seharusnya orientasinya bukanlah duniawi, tetapi ukhrawi. Ada cita-cita bersama dalam jamaah. Sebuah organisasi memang menjadi tempat untuk menggali potensi diri. Di dalam organisasi, kita dapat berlatih dinamika kelompok. Di dalam organisasi, kita sparring dengan dunia kampus. Namun organisasi da’wah berbeda dengan organisasi lain karena organisasi da’wah menggelar acara dengan tujuan berda’wah, karena Allah. Dan ketika seseorang yang belum memiliki pemahaman yang benar tentang da’wah diserahi amanah sebagai pemimpin misalnya, yang terjadi adalah terselenggaranya acara tanpa diiringi ruh da’wah, yang terjadi adalah kader-kader yang berorientasi hasil dan bukan proses. “Ane merasa menjadi sapi perah di organisasi ini…” Demikian keluhan seorang al-akh yang notabene seorang kader senior yang diungkapkan lewat sebuah forum tertutup.

Hakekat Amanah


Berikut ini adalah hal-hal yang harus dipahami ketika seseorang memiliki amanah:

1. Amanah = Tanggung Jawab.
Di dalam Islam, sebuah amanah kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapanNya. Ketika Allah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tak ada yang mau menerimanya kecuali manusia. Dan adalah manusia itu sangat zalim dan bodoh. “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS.34:71)

2. Jangan Merasa Berbeda
Seorang al-ukh yang seniot menegur juniornya yang tengah sibuk membuat mading masjid. Ia berkata,“Dek, tidak seharusnya kamu mengerjakan ini, teman-teman yang lain kan bisa melakukannya.” Sang senior beranggapan bahwa hal remeh temeh tidak seharusnya dilakukan oleh sang junior yang menjabat sebagai ketua keputrian rohis. Sang junior menatap seniornya, terdiam sebentar dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia sangat tidak setuju dengan pendapat seniornya karena ia teringat Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam saat memerintahkan untuk menyembelih seekor domba. Seseorang berkata, "Akulah yang akan menyembelihnya", yang lain berkata "Akulah yang akan mengulitinya", Lalu Beliau bersabda, "Akulah yang akan mengumpulkan kayu bakarnya." Mereka berkata, "Kami akan mencukupkan bagi engkau." Beliau bersabda, "Aku sudah tahu kalian akan mencukupkan bagiku. Tapi aku tidak suka berbeda dari kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai hambaNya yang berbeda di tengah-tengah rekannya.”

3. Besarnya Amanah Bukanlah Indikasi ‘Lebih Baik’
Orang-orang terdahulu sangat memahami hakikat amanah sehingga mereka tidak memandangnya sebagai kelebihan, justru sebagai sebuah beban. Sebagaimana pidato Umar bin Abdul Aziz saat naik ke podium negara untuk pertama kalinya,”Ketahuilah bahwa aku bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Akan tetapi, aku hanyalah seorang laki-laki seperti kamu semua. Namun Allah telah menjadikan aku sebagai orang yang paling berat bebannya di antara kamu."

4. Membumi Bersama Anggota
Pemimpin dalam Islam, bukan sekedar memerintah tetapi juga terjun langsung bersama anggotanya. Ini bukan berarti sang pemimpin tidak memiliki kafaah pendelegasian tugas, namun karena selayaknya seorang pemimpin memberikan teladan dan melayani. Hal ini sebagaimana Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tunjukkan keteladanan itu ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam membangun masjid Nabawi di Madinah bersama para sahabatnya. Beliau tidak hanya menyuruh dan mengatur atau tunjuk sana tunjuk sini, tapi beliau turun langsung mengerjakan hal-hal yang bersifat teknis sekalipun. Beliau membawa batu bata dari tempatnya ke lokasi pembangunan.

5. Berendah Hatilah
Sesungguhnya kita harus senantiasa berendah hati dan berlemah lembut terhadap orang-orang yang beriman. Memiliki jabatan bukan berarti angkuh di atas singgasana dan hanya memberi instruksi. Lihatlah Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah yang datang ke sebuah pasar untuk mengetahui langsung keadaan pasar, maka ia datang sendirian dengan penampilan biasa, bahkan sangat sederhana sehingga ada yang menduga kalau ia seorang kuli panggul lalu orang itupun menyuruhnya untuk membawakan barang yang tak mampu dibawanya. Umar membawakan barang orang itu dengan maksud menolongnya, bukan untuk mendapatkan upah. Namun ditengah jalan, ada orang memanggilnya dengan panggilan ‘Amirul Mu’minin’ sehingga pemilik barang yang tidak begitu memperhatikannya menjadi memperhatikan siapa orang yang telah disuruhnya membawa barangnya. Setelah ia tahu bahwa yang disuruhnya adalah seorang khalifah, iapun meminta maaf, namun Umar merasa hal itu bukanlah suatu kesalahan.

6. Jangan Karena Ambisi

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Abdurrahman bin Samurah,“Janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya.” (HR.Bukhari dan Muslim)

Namun bukan berarti pula kita tidak boleh menerima amanah. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).

Atau seperti ucapan Nabi Yusuf di Surat Yusuf ayat 55,”Berkata Yusuf, 'Jadikankah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS.12:55)

NB: SUBHANALLAH !! hr ini adalah hari yang penuh ujian untuk ana. Ketika ada sebuah amanah besar yang harus ana emban. Sementara amanah yang lainnya harus tetap berjalan. YA ALLAH, semoga keikhlasanq tetap terjaga. Jangan biarkan syetan masuk untuk menghancurkan semua ini. Disaat medan da'wah semakin curam, disaat tantangan semakin besar, semoga kita semua tetap istiqomah di jalanNya. Ingat kita udah MAHASISWA!! Apalagi Aktivis Dakwah Kampus!! So, peran kita sangatlah diperlukan untuk merubah dunia ini. Ingat kan 3 fungsi mahasiswa?? Yaitu sebagai Agent Of Change, Moral Force, dan Iron Stock. Tadi malam tepat pukul 22.30 ada sms datang, SELAMAT dek. anti diterima di.........! semoga bisa menjalankan amanahnya dengan baik. Kemudian jam 08.30 tadi ana dapat sms lagi, SELAMAT anda telah diberi kepercayaan untuk memegang amanah ........! SUBHANALLAH..... tubuh ini menjadi dingin. Alhamdulillah gak sampe pingsan. Ya ALLAH, berilah hambaMu ini kemudahan dalam berjihad di jalanMu. InsyaAllah dengan ridhoMu, ana bisa memberikan yang terbaik untuk da'wah ini.

Organisasi da’wah tentu memiliki struktur dan itu hanya untuk memudahkan kinerja, maka hendaknya kita tidak memandang istimewa seseorang dari jabatannya, tetapi dari ketaqwaannya.

Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukanmu maupun harta kekayaanmu, tetapi Allah memandang pada hatimu. Barangsiapa memiliki hati yang shaleh maka Allah menyukainya. Bani Adam yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertaqwa.” (HR. Muslim).

Setelah memahami apa dan bagaimana amanah, maka tidak selayaknya seorang kader memandang mulia orang yang besar amanahnya dan memandang rendah dirinya hanya karena amanahnya tidak besar. Tidak selayaknya pula seorang aktivis merangkai jenjang karir berupa karir da’wah dan menghitung-hitung untung rugi, karena sesungguhnya Allah tidak menilai besar kecilnya amanah, Allah tidak menilai tinggi rendahnya jabatan, tetapi Allah menilai kesungguhan dan keikhlasan kita. Biarlah Allah saja yang membalas da’wah kita ini, dan katakanlah sebagaimana para nabi telah berkata,“Sesungguhnya aku tidak meminta upah kepadamu atas seruanku ini, upahku hanyalah dari Allah, Tuhan Semesta Alam.” Wallahu’alam bishowab.

HAMASAH !!!

Jazakumulloh khairan katsiran.

Anik Rahmawati P_06

Thursday, March 13, 2008

PUISI INDAH DARI RENDRA

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

By WS Rendra


-vivid-

Tadi waktu ana online, ana langsung nemuin puisi ini. Isinya pas banget jika dihubungkan dengan kejadian yang ana alami hari ini. Puisi ini mengingatkan ana pada suatu kehidupan kekal yang abadi nanti, yaitu kelak di akhirat. Astaghfirullah,,, tadi ana hampir tertabrak kereta. Ini bukan kejadian pertama kalinya. Sudah kesekian kali. Tetapi, untuk yang tadi, bener-bener mengerikan. Tadi keretanya kereta "pakuan express" dan tinggal beberapa meter jaraknya dengan ana berdiri. Ana waktu itu sudah tepat di rel kereta. Tinggal hitungan detik,, bukan menit.Maha besar Allah... Allah masih memberi umur untuk ana. Mungkin ini adalah PERINGATAN untuk ana agar lebih banyak beramal dan beribadah. Langsung setelah kejadian tersebut ana Shock, kaki gemetar, hampir pngsan. Ya Allah, jikalau Kau mau mencabut nyawaku, cabutlah nyawaku dalam keadaan baik. Astaghfirullah,, astaghfirullah,, astaghfirullah,,

Akhi, ukhti afwan... maaf jika ana banyak berbuat dosa ma antum semua. Jika ada kata-kata ana yang kemaren-kemaren yang membuat antum tersinggung atau sakit hati.

ALLAHU AKBAR!!!




Monday, March 03, 2008

SEMANGAT ORANG-ORANG BERIMAN

Sumber Semangat Orang-orang Beriman: Iman, Cinta, dan Takwa Mereka kepada Allah
Semangat dan gairah orang-orang beriman sangat berbeda dari konsep yang banyak dianut masyarakat jahiliah, yang didasarkan pada kepentingan. Kecintaan orang-orang beriman kepada Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya adalah penyebabnya. Mereka tidak merasa terikat dengan kehidupan dunia ini seperti para anggota masyarakat jahiliah, tetapi terikat dengan Allah, Yang Maha Penga­sih, yang menciptakan mereka dari bukan apa-apa, dan memberi mereka berbagai sarana. Alasan yang terpenting ialah bahwa orang-orang beriman mengevaluasi peristiwa-peristiwa dengan kesadaran yang jernih. Mereka sadar bahwa Allah menjaga kehidup­an seseorang setiap saat, bahwa Dia melin­dungi semua makhluk, dan bahwa semua makhluk bergantung kepada-Nya. Disebab­kan oleh cinta mereka dan ketaatan mereka kepada Allah, mereka berusaha keras untuk memperoleh keridhaan-Nya sepanjang hidup mereka. Hasrat untuk memperoleh ridha Allah merupakan sumber terpenting sema­ngat dan kegembiraan bagi orang-orang beriman. Cita-cita untuk memperoleh ridha Allah dan mencapai surga menjadi sumber energi dan semangat dalam diri orang-orang beriman.
Semangat Orang-orang Beriman Tidak Pernah Padam
“Sesungguhnya orang-orang mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka demi membela agama Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Q.s. al-Hujurat: 15).
Penjelasan ini menunjukkan bahwa sema­ngat orang-orang beriman bersemayam dalam hati. Hal ini disebabkan karena perjuangan untuk mendukung nilai-nilai mereka berlang­sung seumur hidup dan hanya dito­pang dengan semangat yang bersumber pada ke­iman­an. Kegigihan orang-orang beriman dalam usaha mereka yang terus menerus juga dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw: “Per­buatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan yang dilakukan dengan istiqa­mah.” (H.r. Bukhari).
Faktor lain yang membuat semangat orang-orang beriman tetap kuat dan segar adalah rasa penghargaan yang disertai dengan kerinduan dalam hati mereka, yang mereka alami sepanjang hidup:
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.s. al-A‘raf: 56).
Makna dari “Rasa takut dan harapan” ialah sebagai berikut: Orang beriman tidak pernah dapat yakin apakah Allah ridha dengan mere­ka, dan apakah mereka telah mem­perlihatkan perilaku moral yang baik, yang membuat mereka layak mendapatkan surga. Karena alasan ini mereka takut akan hukuman Allah dan terus-menerus berusaha untuk menyem­pur­nakan moral. Semen­tara itu, mere­ka tahu bahwa melalui gairah dan ketulusan, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh ridha Allah, cinta-Nya dan rahmat-Nya. Mereka mengalami ketakut­an dan harapan sekaligus; mereka bekerja keras tetapi tidak pernah merasa usaha mereka cukup dan tidak pernah menganggap diri mereka sempurna, sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
“Mereka takut kepada Tuhannya dan takut dengan hisab (perhitungan amal) yang buruk.” (Q.s. ar-Ra‘d: 21).
Karena itu, mereka memeluk agama Allah dengan semangat besar dan melakukan usaha besar untuk kepentingan ini. Rasa takut kepada Allah menyebabkan mereka tidak lemah-hati atau lalai, dan perasaan ini mendu­kung semangatnya. Karena tahu bahwa Allah memberikan kabar gembira tentang surga bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, sehingga mendorong mereka untuk terus ber­amal dan memperkuat komit­mennya.
Sebagaimana terlihat, konsep orang ber­iman tentang semangat sangat berbeda dari konsep masyarakat jahiliah. Dibandingkan dengan semangat kontemporer orang-orang kafir, semangat orang beriman merupakan luapan kegembiraan yang dipelihara oleh iman kepada Allah. Dia telah memberikan kepada orang-orang beriman kabar gembira tentang hasil dari semangat yang terus-me­nerus dalam al-Qur’an:
“Dan sampaikanlah berita gembira kepa­da orang-orang mukmin, bahwa sesung­guh­nya mereka memperoleh karunia yang besar dari Allah.” (Q.s. al-Ahzab: 47).
Mereka Lebih Dahulu Berbuat Kebaikan
Iman dan ketaatan seseorang kepada Allah tidaklah sama. Allah telah menyatakan bahwa dalam hal keimanan, orang-orang beriman itu memiliki tingkatan-tingkatan tertentu:
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih dian­tara hamba-hamba Kami, lalu diantara mere­ka ada yang menganiaya dirinya sendiri dan diantara mereka ada yang per­tengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (Q.s. Fathir: 32).
Apa yang memberikan kekuatan kepada mereka yang “lebih dahulu” ialah ketaatan mereka kepada Allah dan kerendahan hati mereka di hadapan-Nya. Keimanan mereka yang tulus memberi mereka semangat yang besar untuk berlomba-lomba dalam memper­oleh ridha Allah. Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa mereka yang berusaha dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan diri mereka akan diberi derajat yang tinggi di sisi Allah:
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad demi membela agama Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing Allah men­jan­ji­kan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad di atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. Yaitu beberapa derajat daripada-Nya am­pun­an serta rahmat. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. an-Nisa’: 95-6).
Mereka yang “pertengahan” adalah orang-orang yang lebih memilih jalan tengah daripada berusaha keras dengan hati dan jiwa mereka untuk memperoleh ridha Allah. Tak diragukan lagi, kondisi mereka di akhirat tidak akan sama dengan mereka yang lebih dahulu dalam beramal.
Di samping itu, Allah telah menyebutkan kelompok ketiga di kalangan orang-orang Islam: mereka yang tertinggal dalam hal gairah mereka untuk beramal.
“Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan pertempuran).” (Q.s. an-Nisa’: 72).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang dikutip sebelumnya dari Surat Fathir, orang-orang semacam itu menganiaya diri mereka sendiri, dan keadaan mereka di akhirat akan mencerminkan perbedaan itu. Sementara mereka yang lebih dahulu dalam beramal akan memperoleh derajat tertinggi dalam pandangan Allah, tetapi mereka yang lalai akan melihat usaha mereka hilang kecuali jika mereka bertobat dan mengganti kelalaiannya. Dua ayat dari al-Qur’an dapat dikutip sebagai contoh tentang masing-masing keadaan:
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad demi agama Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (Q.s. at-Taubah: 20).
“Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan pahala amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Q.s. al-Ahzab: 19).
>>Diambil dari : “Semangat dan Gairah” karya Harun Yahya<<
iffah_febUGM_06