Monday, October 29, 2007

LEBARAN... (sebuah renungan)

Takbir menggema. Menyeruak di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang tak pernah mati. Memecah kesunyian rumah-rumah di tepi pegunungan. Beradu dengan ombak yang berdebur di perkampungan nelayan pinggir pantai. Hati sedih berpisah dengan sang kekasih, bulan penuh rahmat, ramadhan. Namun senyum terukir di ujung bibir, menyambut hari kemenangan. Hari yang penuh dengan kebahagiaan. Segenap jiwa dan raga bersimpuh. Meninggikan asma Allah, Tuhan semesta alam. Raja dari segala raja. Dzat Maha Rahman dan Rahim, paling pengasih di antara yang asih. Riuh gelak tawa anak-anak kecil yang begitu gembira dengan baju barunya. Derai air mata tak tertahan ketika tangan bertemu tangan dalam balutan tali silaturahim. Terbayang segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Tulus dan ikhlas saling memaafkan. Oh…sungguh din ini mengajarkan segala sesuatu yang paling indah di antara yang indah. Menunjukkan jalan yang lurus. Ujian dalam kesenangan, hikmah di antara kerak-kerak kesusahan dan penderitaan.

Tahun ini, Alhamdulillah, Allah berkenan mempertemukan saya kembali dengan bulan ramadhan dan Idul Fitri. Teringat seorang sahabat yang telah dipanggil-NYA terlebih dahulu karena kecelakaan saat saya dan beberapa orang teman pulang mudik dari Jogja. Ia tidak dapat merayakan lebaran bersama keluarga seperti saya dan kebanyakan orang lain. Lebaran kali ini menjadi sedikit berbeda. Karena ia, salah seorang sahabat yang begitu saya cintai, tiba-tiba saja pergi begitu cepat. Tak ada rasa berat di hati. Hanya doa dan harap terpatri dalam hati. Semoga ia beroleh tempat yang mulia di sisi Rabb seisi bumi. Amin.

Selebihnya, tak ada yang berbeda. Sebagaimana jutaan umat muslim di dunia yang lainnya, saya menjalani "rutinitas" tahunan yang bernama lebaran. Dimulai dari sholat Ied berjamaah di masjid. Kemudian dilanjutkan dengan sungkeman pada kedua ortu saya (hmmm...sangat mengharukan) dan silaturahim ke rumah segenap tetangga dan famili. Walaupun ritual ini merupakan acara tahunan, namun tak pernah sekalipun terasa menjemukan. Derai tangis, gelak tawa, terkadang mewarnai. Membuat Idul Fitri semakin bermakna.

Namun, apakah suasana gembira, bahagia dan sukacita ini dirasakan juga oleh muslim sedunia ??? Pertanyaan ini begitu mengusik hati saya. Sehingga kemudian saya mencoba mencari jawabannya. Saya mulai dari yang tak begitu jauh dengan kehidupan saya sehari-hari. JOGJA. Seperti apa suasana lebaran di kota yang (kata dosen saya) 10% penduduknya adalah pendatang ini? Tengoklah perkataan seorang teman yang saya tanyai tentang suasana lebaran di rumah ketiga saya ini. "Sepi buanget Dit! Bar sholat Ied kae, terus wong kampung ngumpul salam-salaman. Bar kuwi wis ora ana acara apa-apa. Dalan-dalan yo sepi. Pokoke turu neng dalan wae yo ora bakal ketabrak motor!" ("Sepi sekali Dit! Habis sholat Ied, orang-orang berkumpul di satu tempat dan saling bersalaman. Habis itu, udah nggak ada acara apa-apa lagi. Jalan-jalan juga sepi. Tidur di tengah jalan juga nggak bakal ada kendaraan yang nabrak!"). Bagaimanakah jika lebaran kita lewatkan dengan kondisi seperti yang dialami teman saya ini? Akankah kita merasakan kebahagiaan yang luar biasa menyambut lebaran seperti saat kita berkumpul bersama seluruh saudara dan sanak famili di kampung halaman kita?

Sekarang kita melangkah lebih jauh. Bagaimana suasana lebaran saudara-saudara kita kaum muslimin di luar Indonesia? Belum lama ini, saya membaca sebuah buletin yang diterbitkan teman-teman aktifis dakwah kampus tentang Ramadhan di Perancis. Perancis adalah salah satu negara Eropa yang cukup banyak penduduk muslimnya. Namun tahukah anda bahwa saudara-saudara kita di sana sangat bergantung pada kalender imsak dan sholat yang diterbitkan Persatuan Umat Muslim Perancis untuk menjalankan ibadahnya? Sahur, sholat, berbuka puasa, semuanya berpedoman pada kalender itu. Ironisnya, meskipun sudah dicetak dalam jumlah banyak, masih ada saudara kita yang kesulitan mendapatkannya. Tidak ada suara merdu para muadzin mengumandangkan adzan seperti yang kita alami setiap hari. Walaupun tentu saja saudara-saudara kita di sana begitu merindukannya. Teman, saudaraku, bagaimana jika kita harus merayakan lebaran di sana? akankah ada kegembiraan seperti yang kita alami saat kita berkumpul dengan handai taulan di kampung halaman?

Mari kita lihat sisi dunia yang lain. Dimana api peperangan tak pernah berhenti berkobar hingga saat ini. Palestina. Tempat berdirinya Al-Aqsha. Masjid yang pernah menjadi kiblat umat Islam. Tanah yang terkoyak tangan-tangan keji zionis Israel. Bagaimana kondisi saudara-saudara kita di sana? Tahukah anda bahwa beribu-ribu kaum muslimin, rakyat sipil Palestina harus meringkuk di penjara-penjara Israel tanpa proses peradilan? Tahukah anda berapa banyak bayi-bayi Palestina yang harus terlahir di penjara-penjara zionis? Pernahkah kita peduli? Sekedar mendoakan mereka? Saat kita terbangun di pagi hari dengan sedikit malas untuk makan sahur, mereka terbangun karena tendangan, tamparan, ataupun pukulan laras-laras senjata serdadu zionis. Saat kita bergegas berangkat ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, mereka harus menjalani interogasi di kamp-kamp konsentrasi zionis yang tak berperikemanusiaan. Disiksa, dianiaya, dipaksa untuk mengakui perbuatan yang tidak mereka lakukan. Dan saat kita dengan riang gembira berbuka puasa, mereka berbuka dengan darah yang mengalir dari kepala, mata, dan hidung mereka yang membasahi seluruh tubuh.

Akankah kita bahagia jika harus merayakan lebaran di sana ???

ANGGA/2005

1 comment:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum...

Sungguh suatu kebesaran Allah SWT. Ramadhan benar-benar bulan yang penuh dengan keajaiban. Maha suci Allah atas segala keagunganNya. Alhamdulillah Allah masih memberikan umur kepada saya sehingga saya masih bisa menikmati indahnya Ramadhan, dan Alhamdulillah lagi Allah masih memberi kesempatan saya untuk menikmati syahdunya gema takbir. Teringat dipikiran saya, ketika Ramadhan kemaren, selama sepekan berturut-turut saya menjumpai kabar adanya orang meninggal. Anadai itu saya yang disebut oleh penyeru berita,,,, Ketika dimana-mana diseru gema takbir, teringat juga oleh saya teman saya yang telah mendahului saya, sodara-sodara kita di Palestina,, apakah mereka juga dapat menikmati syahdunya gema takbir dengan tenang??? Sodara kita di Sidoarjo,,,, dan sodara-sodara kita di belahan bumi lain yang belum tentu dapat menikmati kayak kita...

Sungguh.. Nikmat Tuhan yang manakah lagi yang akan kau ingkari????

Subhanallah,,, Syukur Alhamdulillah...

Semmmaaaangaddd...

Hidup hanyalah sekali, so jangan sia-siakan waktu kita di dunia ini. Ayo berbuat baiklah kepada sesama. Tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt.