Thursday, January 31, 2008

“Intan Tetap Intan Walau Dalam Mulut Anjing.”

Sebuah peribahasa yang sudah saya hafal sejak saya masih di Sekolah Dasar. Peribahasa ini sangat istimewa buat saya. Nasihat yang mulia tetap saja mulia, dari mulut siapapun nasihat itu terucap.

Setahun lalu secara tidak sengaja saya mendapat kesempatan yang mungkin akan terasa luar biasa bagi sebagian orang. Hari itu, 26 Juli 2006 kurang lebih jam 9.51 saya mendengarkan siaran sebuah stasiun radio yang cukup terkemuka di Jogja. Belum lama saya menyalakan radio, penyiarnya mengatakan bahwa sebentar lagi dia akan melakukan interview by phone langsung dari Los Angeles, Amerika Serikat dengan Brian Littrel. Siapa Brian Littrell? Mungkin anda bertanya-tanya, siapa gerangan dirinya. Bagaimana kalau Brian BSB? Kalo masih bertanya-tanya juga, maka saya yakin Insya4WI anda akan ngeh jika saya sebut dia Brian Backstreet Boys. Ya, Backstreet Boys. Boy band yang sangat terkenal di era 90-an. Brian Littrell adalah salah satu personelnya. Dia diwawancara seputar peluncuran album solo terbarunya.

Saya menyebut ini kesempatan yang luar biasa bukan karena dia Brian Littrell. Bukan karena dia personel Backstreet Boys. Bukan pula karena album solonya. Meskipun memang saya akui bahwa mendengar suara seorang Brian Littrell dari radio secara langsung adalah suatu hal yang sangat jarang bisa saya alami. Dalam interview yang berlangsung hanya sekitar sepuluh menit itu, ada sebuah momen yang sangat membekas di hati saya. Menjelang akhir wawancara, si penyiar mengatakan bahwa Jogja baru saja terkena gempa bumi kira-kira dua bulan yang lalu. Mendengar apa yang dikatakan si penyiar, Brian sepertinya kaget. Dia sempat speakless beberapa saat. Rupanya dia sama sekali tidak tahu bahwa saat itu di Jogja baru terjadi gempa. Meskipun berbagai negara termasuk negaranya telah mengirim bantuan ke sini. Bahkan di salah satu partai FIFA World Cup 2006, sempat digelar acara mengheningkan cipta bersama untuk para korban gempa jogja sebelum pertandingan dimulai.

“It wasn’t good news”, kata Brian beberapa waktu itu. Dia lalu berbicara lebih panjang lagi. Tentang bagaimana umat manusia harus saling membantu satu sama lain. Bahwa dewasa ini seharusnya negara-negara di dunia makin meningkatkan kerjasama demi kebaikan bersama. Kebaikan seluruh dunia.

Sebuah ekspresi yang sangat tulus dari seorang manusia yang hidup di Amerika. Negara yang pemerintahnya dikritik dan dihujat banyak bangsa di seluruh dunia bahkan oleh rakyatnya sendiri karena dianggap bersikap arogan, menerapkan standar ganda, sok jadi global cops dan lain-lain. Mungkin ada orang yang beranggapan kata-kata Brian klise bahkan mungkin memvonis munafik. Brian sendiri tidak sekedar basa-basi. Semasa kecil Brian adalah seorang anak yang kurang beruntung. Ia pernah mengalami kelainan jantung dan hampir saja kehilangan nyawanya. Sekarang dia membina sebuah foundation dengan istrinya untuk menolong anak-anak yang senasib dengannya. Dia telah mengambil “bagian”-nya. Membantu orang lain dengan segenap kemampuannya.littrell

Saya teringat perkataan Aa’ Gym dalam salah satu ceramahnya. Saat itu beliau menggunakan Mother Theresa sebagai contoh orang yang dengan tulus mau membantu orang yang berada dalam kesusahan. Lalu beliau berkata, “Mungkin ada yang bertanya mengapa saya mengambil orang yang bukan Islam sebagai contoh. Saya akan balik bertanya,kenapa tidak? Kenyataannya memang begitu, kok?!”

Ikhwati fillah, yang ingin saya coba katakan di sini sebenarnya adalah kita tidak perlu malu, segan atau enggan mengambil contoh kebaikan, dari manapun asalnya. Bahkan dari orang yang paling kita benci sekalipun. Ketika kita mendengar perkataan orang seperti Brian, tidak perlu kita menyanggah atau menimpalinya hanya karena dia orang Amerika. Kalau Brian sendiri dan mungkin sebagian besar warga AS yang peduli ditanya pendapatnya tentang invasi tentara AS ke Irak atau penjajahan Israel di Palestina, belum tentu ia termasuk orang yang mendukung. Tidak perlu lalu kita mengatakan, “Ah, munafik. Nyatanya pemerintah Amerika mengirim bantuan untuk Israel. Mungkin saja dana yang dipakai AS untuk membantu Israel sebagian bersumber dari pajak yang dibayar Brian. Sebenarnya, Brian sendiri secara tidak sadar sudah berperan dalam terjadinya tragedi demi tragedi di dunia Islam selama ini. Jadi buat apa dia bicara soal kemanusiaan?!”

Berbagai ungkapan ketus mungkin keluar dari mulut kita. Begitu juga ketika orang di luar Islam memberikan contoh yang mulia kepada kita dalam hubungan sesama manusia. Mulia dalam pandangan manusia kebanyakan, dan mulia dalam perspektif Islam. Beberapa orang dari kita yang kurang bisa berlapang dada, mungkin di dalamnya termasuk diri saya sendiri cenderung menyikapi dengan negatif. ”Tidak perlu cari contoh dari luar Islam. Emangnya di dalam Islam nggak ada orang yang bisa dicontoh?! Paling mereka berbuat begitu karena ingin menarik perhatian kita saja, untuk kemudian menjerumuskan kita!”

Ikhwati fillah, tentu saja kita tidak kekurangan figur yang bisa dijadikan contoh.

Namun, jika memang ada orang di luar Islam yang mampu memberi contoh yang baik bagi kita, misalkan saja etos kerjanya yang tinggi, atau ketekunannya dalam menuntut ilmu, tentu kita tidak perlu takut untuk menirunya. Mengapa harus takut? Apakah dengan mencontoh etos kerjanya, lalu serta merta kita mengikuti Aqidahnya? Tentu saja tidak.

Nasehat yang mulia dan contoh yang baik bisa datang di mana saja, kapan saja dan dari mulut siapapun. Kadang dari orang yang sangat kita hormati, dan bisa saja dari orang yang sangat kita benci. Ketika datang nasehat yang baik bagi kita, berlapang dadalah untuk mendengarkan dan melaksanakannya. Siapapun yang mengatakannya.

Ketika mungkin kita punya teman yang berpenampilan sangat tidak enak dipandang menurut kita misalnya. Gaya rambut Mohawk, telinga, alis, dan lidah ditindik, celana sobek-sobek dan seterusnya namun ternyata sangat jujur, maka lihatlah kejujurannya terlebih dahulu sebelum melihat dandanannya. Contoh kejujurannya tanpa mencontoh gaya berpakainnya.

Ketika mendengar perkataan Brian. Jangan lihat dia sebagai orang Amerika. Toh tidak semua American memilih dan mendukung Bush. Bahkan kalau diadakan angket bagi seluruh penduduk dunia tentang siapa tokoh dunia yang karakternya paling mirip Bush, sebagian besar orang mungkin akan menjawab Hitler. Lalu sebagian yang lain menjawab Mussolini atau Slobodan Milosevic. Lihat dan dengarkanlah himbauan Brian yang sangat mulia.

Intan tetap intan, walau dalam mulut anjing. Tentu saja saya tidak bermaksud menyamakan siapapun dengan anjing di sini. Ini hanyalah ungkapan yang ekstrim serta hiperbolis untuk menggambarkan secara singkat apa yang ingin saya katakan dan apa yang saya maksudkan.

“Dengan perdamaian dan persaudaraan, Insya4WI dunia jadi lebih baik.”

“Perang adalah pelecehan terbesar terhadap intelektualitas manusia”

“Palestina milik muslim sedunia”

“Allahuakbar !”

Wallahu a’lam bish-showab.

Angga/2005

1 comment:

priyayimuslim said...

“Perang adalah pelecehan terbesar terhadap intelektualitas manusia”


SAYA SANGAT TIDAK SETUJU DENGAN PERNYATAAN INI. APA DENGAN KATA LAIN MAU BILANG BAHWA RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WASSALAM ADALAH ORANG BODOH? APAKAH HAMAS ADALAH KELOMPOK JAHIL? APAKAH PARA PEMBEBAS SEPERTI SHALAHUDDIN ADALAH MUSUH UMMAT MANUSIA?
ANDA TELAH TERSESAT JIKA TIDAK MENGAKUI KESALAHAN PERNYATAAN ITU.
KEJAYAAN ISLAM DAN SEJARAHNYA DITULIS DENGAN TINTA EMAS PARA ULAMA DAN MERAH DARAH PARA SYUHADA.

ATAU ANDA ADALAH SALAH SATU PASIEN PENGIDAP PENYAKIT MUNAFIK.

AFWAN KALO AGAK KASAR!