Thursday, March 13, 2008

PUISI INDAH DARI RENDRA

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

By WS Rendra


-vivid-

Tadi waktu ana online, ana langsung nemuin puisi ini. Isinya pas banget jika dihubungkan dengan kejadian yang ana alami hari ini. Puisi ini mengingatkan ana pada suatu kehidupan kekal yang abadi nanti, yaitu kelak di akhirat. Astaghfirullah,,, tadi ana hampir tertabrak kereta. Ini bukan kejadian pertama kalinya. Sudah kesekian kali. Tetapi, untuk yang tadi, bener-bener mengerikan. Tadi keretanya kereta "pakuan express" dan tinggal beberapa meter jaraknya dengan ana berdiri. Ana waktu itu sudah tepat di rel kereta. Tinggal hitungan detik,, bukan menit.Maha besar Allah... Allah masih memberi umur untuk ana. Mungkin ini adalah PERINGATAN untuk ana agar lebih banyak beramal dan beribadah. Langsung setelah kejadian tersebut ana Shock, kaki gemetar, hampir pngsan. Ya Allah, jikalau Kau mau mencabut nyawaku, cabutlah nyawaku dalam keadaan baik. Astaghfirullah,, astaghfirullah,, astaghfirullah,,

Akhi, ukhti afwan... maaf jika ana banyak berbuat dosa ma antum semua. Jika ada kata-kata ana yang kemaren-kemaren yang membuat antum tersinggung atau sakit hati.

ALLAHU AKBAR!!!




1 comment:

Unknown said...

Sungguh beruntung jiwa-jiwa yang tenang itu. ia diundang oleh Penciptanya untuk kembali dalam pangkuan-Nya dengan senyum tersungging dari bibirnya dan tahmid yang tiada terputusnya.
semakin ikhlas seseorang, semakin dekat ia dalam pusaran dan sudah tidak peduli lagi akan bahagia ataupun kecewa karena semuanya sudah ia baktikan pada Sang Pencipta, dalam untaian sabar dan syukur