Monday, April 14, 2008

Ketika Idealisme Diuji

Afwan jika nantinya dalam tulisan ini, ane sedikit “rasis”. Bermula dari pembicaraan dengan seorang adik kelas (lagi), ane menanyakan apakah ada ikhwan angkatannya yang mendaftar di STAN. Lalu adik tersebut menjawab, “Gak ada (atau sedikit sekali, ane lupa. afwan.) Mbak. Mereka ingin mempertahankan idealismenya.” Mungkin ada yang bingung, apa hubungan STAN dengan ke-idealisme-an. Ya! Seperti yang sudah diketahui, bahwa nantinya lulusan STAN hampir dapat dipastikan akan menjadi pengawal keuangan Negara (kami menyebut “pegawai Departemen Keuangan” sebagai “pengawal keuangan Negara”). Dan, sudah menjadi rahasia umum pula bahwa bekerja di Departemen Keuangan akan sering bersinggungan dengan uang yang tidak jelas asalnya alias korupsi. Begitu… Sepertinya mereka (ikhwan adek kelas ane) ingin mempertahankan idealisme mereka dengan tidak bersinggungan dengan uang-uang gak jelas ini. Lalu, ane berdiskusi dengan beberapa teman ane tentang masalah ini dan muncul dalam pikiran ane, “Oiya..ya..justru ketika masuk STAN, idealisme tersebut akan teruji”. Kok bisa?
Sedikit menyimpang dari tema, mungkin beberapa orang berpikir, ketika seseorang memutuskan untuk masuk STAN, dia tidak akan lebih dibutuhkan dibandingkan ketika dia kuliah di tempat lain. Kabarnya sih, suasana di STAN itu sudah kondusif (dan itu memang benar), jadi pasti kadernya banyak. Makanya seorang aktivis dakwah lebih dibutuhkan di kampus lain (ini pendapat banyak orang). Akhi, Ukhti…ketika antum melihat banyaknya ikhwah di STAN, ya! Itu memang benar, tapi tak sepenuhnya, karena nyatanya kamipun tetap kekurangan kader. Nyatanya, kami, ikhwah STAN, kadang kesulitan ketika harus menempatkan kader dalam wajihah-wajihah (organisasi). Apa masalahnya? Ya itu tadi, kami kekurangan kader. Sampai-sampai seorang kader harus memegang amanah dobel2 yang membuat ia tak bisa fokus dalam wajihahnya. Ane tau, di kampus lain pun juga mengalami masalah saperti ini. Yang ingin ane tekankan adalah, kader itu dibutuhkan dimana saja ia berada, baik di STAN maupun di kampus lain (afwan, hati ini merasa sedikit sakit saat ada ikhwah yang bilang, “Antum lebih dibutuhkan di kampus lain”, ketika ada ikhwah lain yang memutuskan masuk STAN, afwan… tapi insyaAllah sekarang udah engga' sakit hati, piss….^-^v)
Sebelum sampai pada kesimpulan tentang idealisme, boleh ane berbicara lebih jauh? Tentang birokrasi. Banyak ikhwah yang tak suka menjadi pegawai negeri. Ya! Tak masalah, toh orang bebas memilih apa yang diingininya. Ane kadang sedih ketika ada ikhwah yang memandang sebelah mata terhadap profesi yang satu ini. Ketika sebuah perjuangan dakwah itu dilakukan, ketika ingin menegakkan daulah Islamiyah, tidak bisa hanya dari satu sisi saja, tapi harus dari semua sisi, dan salah satunya adalah sisi pemerintahan. Mungkin banyak yang berfikir, “Toh kita hanya jadi bawahan, bukan sebagai pembuat kebijakan." Tapi, ketika tidak dimulai dari bawah, maka tak akan pernah ada. Ketika bidang ini “dipegang” oleh ikhwah, perjuangan menegakkan khilafah Islamiyah insyaAllah akan lebih mudah.
Kembali lagi ke pokok permasalahan, tentang idealisme. Teringat cerita mbak murobbiy ane tentang suaminya yang juga bekerja di DepKeu. (Dari sini, sudut pandangnya adalah mbak murobbiy ane) Suatu hari, suami mbak menangis, dia berkata, “Uang di sana bagai laron yang beterbangan. Mudah sekali ditangkap." Dia menangis, bayangin dek, seorang lelaki menangis. Lalu mbak berkata, “Lebih baik saya dan anak-anak kelaparan daripada harus memakan uang haram tersebut (so sweet…^-^)." ( sekarang balik lagi ke sudut pandang ane ya!) Ya…jangan jadikan idealisme sebagai alasan. Karena ke-idealisme-an antum akan diuji dimanapun antum berada, dan di STAN ujiannya mungkin berupa harta kekayaan. Walaupun banyak yang berguguran, tapi banyak juga yang lolos. Selalu ada seleksi alam Akhi, Ukhti…untuk membuktikan seberapa kuat kita berpegang pada idealisme kita. Itulah…ketika idealisme itu diuji. Jadi, silakan masuk STAN, dan buktikan idealisme antum (afwan, bukan bermaksud rasis, cuma promosi, ^-^)
Wallahu a’lam bis shawab
Nb : silakan menanggapi artikel ini, terutama untuk yang merasa ane bicarakan dalam artikel di atas, ane mau tabayyun, gak mau su'udzon. Syukron katsir.
Nee’06

5 comments:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum...

Subhanallah,, manusia yang kuliah di STAN dan kemudian bekerja dan bisa bertahan adalah anugerah dari Allah. Asala tidak korupsi ye!!!

Nah, ada suatu cerita. Beberapa bulan yang lalu ana ikut Motivation training di UI. yang ngisi Mr.X. Ternyata beliau adalah lulusan STAN. beliau cuma beberapa tahun bekerja di keuangan. kemudian menjadi guru, dan sekarang sebagai trainer. Apakah kebanyakan para ikhwah di STAN juga natinya begitu? Sapa yang kuat, maka dia akan mampu bertahan, dan sapa yang gak kuat maka dia akan berhenti di tengah jalan alias nyari kerja lain. Begitu bukan sich?? itu hanya persepsi ana, Tolong jelasin.
Oya, mulai tahun ini denger2 STAN ada uang SPP ya? trus ntar gak kerja langsung. Begitu gak sech?? ana nyari info ini soalnya adek sepupu ana sekarang kelas 2 SMA, laki2. Nyari info buat dia. Dan juga buat adek ana. Kelas 1 SMP. hehehe....

Jurusan yang paling kondusif di STAN itu apa ya?
Terus tips dan trik biar tembus STAN gimana?

Jazakumullah khairon katsir...

-VIVID-

nee said...

Assalamu'alaykum..
menanggapi comment dari ukh vivid. afwan, ane kurang tau apakah nantinya para ikhwah lulusan STAN akan banyak yang seperti itu ( keluar dari DepKeu). memang sih ada beberapa yang kluar, tapi banyak juga yang masih bertahan kok. ane tidak bermaksud men generalisir bahwa ikhwah yang kluar dari Depkeu artinya dia tidak kuat, tidak mampu bertahan, bukan seperti itu. ane yakin, ada alasan lain ikhwah STAN melakukan hal itu. yang pengen ane sampaikan, istilahe pesan moral dari artikel ane adalah, jangan jadikan idealisme sebagai alasan untuk tidak melakukan sesuatu. seperti itu..
kalo uang SPP setau ane gak ada. yang ada uang yang musti dibayar pas awal daftar ulang. itupun bukan buat lembaga, tapi buat BEM (buat kegitan2 BEM di kampus selama 3 tahun nantinya).
kalo penempatan, insyaAllah, smua lulusan STAN akan ditempatin, karena kuota penerimaan tiap tahunnya itu disesuaikan dengan permintaan masing2 instansi di DepKeu.
kondusif itu maksute gmn? mungkin bisa diperjelas.
kalo tips n trik buat tembus? wah...ane juga bingung kalo ditanyain kek gitu, soale ane emang nggak tau. afwan yo! just minta dikasi yang terbaik ma Allah aja. gitu... afwan y ukh..
Wassalamu'alaykum

Anonymous said...

Assalamu'alaikum.
yang menulis artikel ini, ukhti nila kah?ato ukhti yang lain?ane penasaran...

nee said...

iya ukh iffah, yang nulis nila. ada apa ukh?

priyayimuslim said...

idealisme itu dimanapun diuji...gak pandang di STAN atau di STAIN ya sama aja. Kita hidup dalam realita, bukan dalam dunia idealism. kalo mau mewujudkan idealism, maka melangkahlah menuju idealism itu dalam dunia nyata, realita. Dimanapun kamu berada...

kalo pengen masuk STAN, sedekah aja banyak-banyak, yang ikhlas yah...ini salah satu pembuka rizki...