Monday, March 12, 2007

KOMUNIKASI DAN LIDAH

Lidah....organ terkecil dari tubuh kita, tapi nahkoda yang mengendalikan seluruh hidup kita. Tergantung bagaimana kita memegang kemudi itu. Jika kita tak bisa mengendalikannya, hancurlah seluruh hidup kita. Satu sumber mata air yang dapat memancarkan kasih dan pahit.

Lidah... lima huruf, tapi memiliki dampak yang sangat radikal. Dia dapat menyakiti, dia dapat juga memberkati orang dengan kata-kata lembutnya. Dia dapat membuat orang menangis, dia dapat juga membuat orang tersenyum. Dia dapat membunuh, dia dapat juga mendamaikan. Dia dapat menimbulkan konflik, dia dapat juga mempersatukan.

Lidah...karena dia, persahabatan yang tak terbina dengan baik bisa hancur dengan kesalahpahaman. Karena dia, sepasang kekasih memutuskan berpisah oleh kurangnya pengertian dan keegoisan satu sama lain. Karena dia juga, suami istri yang tak teguh memegang komitmen hidup akhirnya memutuskan berpisah. Karena dia, para pemuda jatuh dalam lubang kebinasaan. Karena dia, dua suku bangsa dapat bertengkar hanya dipicu satu orang saja. Karena dia, dua negara yang berdamai bisa terpecah belah.

Lidah...dia membuat orang bisa menjadi marah, memfitnah, membunuh, egois, tidak bisa mengerti keadaan orang lain, menang sendiri, acuh tak acuh, sinis, iri hati dan dendam. Tapi lidah juga membuat hati yang beku menjadi hancur, hati yang dipenuhi amarah dapat luluh oleh adanya kata-kata bijak.

Tetapi kadangkala manusia mengabaikan betapa pentingnya komunikasi. Mereka tak pernah berpikir dampak yang kan terjadi bila kata-kata itu keluar dari mulut mereka. Lidah dapat mengeluarkan perbendaharaan yang baik jika dikendalikan oleh nahkoda yang bijaksana pula. Sebaliknya lidah dapat mengeluarkan perbendaharaan yang menyakitkan jika berada di tangan nahkoda yang akhlaknya buruk.

Komunikasi yang terbina dengan baik bisa menjadi akhir yang sangat membahagiakan dan melegakan dahaga di hati. Dua insan yang bertengkar dapat bersatu karena adanya kata-kata yang lembuat keluar dari seorang bijak. Sepasang kekasih yang bertengkar dapat kembali bersatu karena adanya insan yang mendamaikan, meski insan itu menyukai salah satunya. Negara yang sudah tercerai berai dapat bersatu karena adanya kata-kata bijak dari sang diplomat.

Lidah yang baik adalah lidah yang ingin sahabatnya bahagia, dan ingin menghancurkan persahaban itu walau sudah di ujung tanduk; lidah yang berusaha agar kekasihnya dapat kembali lagi padanya, meski sudah tak ada yang dapat dilakukannya; lidah yang ingin agar sahabatnya tersenyum kembali walaupun dia kecewa padanya dan tak ingin menyakitinya. Lidah yang baik adalah lidah yang selalu menyayangi orang lain, meski orang itu melukai perasaannya.

Jadilah lidah-lidah yang memberkati orang-orang di sekelilingmu, nahkoda-nahkoda yang membuat orang lain tersenyum, nahkoda yang memberi ketenangan dan kedamaian....
VIVID / 2006

1 comment:

Anonymous said...

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Waah ternyata di UI cukup exciting ya acaranya. Ada seminar yang seperti itu. Subhanallah....

ya memang "palestina" adalah kata yang pasti punya makna tersendiri di hati sanubari kita. Tidak lain mereka juga saudara kita.
TAPI>>>>>>>>>>

Harus diinget juga loh...jangan terlalu berlebihan juga.OK lah kita boleh bener2 kritis jika uda bicara soal palestina. Tapi...apakah yang di Sidoarjo itu juga bukan saudara kita? mereka juga kedinginan kalo malem, mereka juga berjihad melawan amarah.dAn disana pun banyak terjadi krisis. Misalnya banyak ditemukan (afwan)pasangan selingkuh...anak kecil yang sudah melihat langsung adegan yang belum "baik" bagi mereka. Disana juga menderita lhoe???Banyak anak yang gabisa ikut ujian, mengemis di jalanan, udah taki punya rumah. "jangan-jangan karena kita terlalu sibuk mikirin palestina kita lu[pa] ama saudara yang terdekat, yang gak sejauh jaraknya Inonesia-Palestina" khan ga adil namanya......

Afwan sebelumnya jika ada kata-kata yang salah.
Kebenaran hanya milik ALLAH semata. Jazakallah atas segala informasinya. Semoga kita berbuat lebih baik lagi....

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabaerakatuh